DESKJABAR – Anak penyandang tunagrahita yang memiliki kemampuan intelektual dan koginitif di bawah rata-rata, ternyata mampu berprestasi di bidang olahraga hingga ke kancah dunia.
Segudang potensi anak penyandang tunagrahita dan down syndrome terus diasah oleh Special Olympics Indonesia (SOIna) Kota Bandung untuk mencetak prestasi-prestasi baru.
Setelah mendulang sukses di Pekan Special Olympic Nasional (PeSOnas) 2022 Semarang, SOIna Kota Bandung tengah mempersiapkan diri menuju Special Olympics World Games 2023 Berlin.
Baca Juga: Pelaku Zina Bisa Masuk Surga dengan Mengucapkan Satu Kalimat Ini, Kata Gus Baha
Sebuah pertarungan olahraga internasional bagi atlet tunagrahita dan penyandang down syndrome Indonesia ini tentu perlu mendapat dukungan penuh dari semua pihak.
Ketua SOIna Kota Bandung, Abdul Karim mengatakan, anak penyandang tunagrahita dan down syndrome jangan dipandang sebelah mata.
Sebab, seperti anak lainnya, mereka juga memiliki prestasi jika potensi dalam dirinya terus diasah.
“Harus mendapat dukungan dari semua pihak termasuk orang tua dan pemerintah. Apa yang diupayakan pelatih di sini, harus senada dengan yang dilakukan orang tua di rumah,” tuturnya kepada Deskjabar, Rabu 13 Juli 2022, di Stadion Persib Sidoligh, Jln. A.Yani, Kacapiring, Bandung.
Atlet tunagrahita yang dikirim Jawa Barat pada PeSOnas 2022 tanggal 3-8 Juli lalu di Semarang telah sukses membawa pulang 20 medali emas, 8 perak dan 17 perunggu.
“Pembinaan tentu dilakukan sepanjang tahun. Karena anak-anak ini IQ –nya di bawah 70, jadi harus terus dilatih. Kita sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade di Berlin Jerman tahun 2023,” kata Abdul Karim lagi.
Ia berharap SOIna Kota Bandung bisa mengisi kuota yang dipersiapkan SOIna Pusat untuk mengirim atlet mereka di Special Olympics Berlin 17 – 25 Juni 202 mendatang.
“SOIna Kota Bandung saat ini memiliki 35 pelatih level 3. Artinya, mereka bisa membawa atlet ke pertandingan internasional,” ujar Abdul Karim lagi.
Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Kota Cimahi dan KBB Jumat, 15 Juli 2022 Lengkap dengan Persyaratan
Harus mandiri
Abdul Karim berharap dengan memiliki segudang prestasi, anak penyandang tunagrahita dan down syndrome ini bisa lebih percaya diri ketika berada di kehidupan sosialnya.
Mereka harus mandiri dan dipandang sebagai manusia yang juga memiliki kemampuan layaknya manusia normal lainnya.
“Mereka memang spesial dan harus diperlakukan spesial ketika melatihnya. Para pelatih harus sabar dan terus semangat dalam membimbing mereka,” kata Abdul Karim lagi.
Dan para penyandang tunagrahita yang tergabung di SOIna harus bangga dengan dirinya sebagai atlet.
Bagi anak tunagrahita atau down syndrome yang ingin mendapat pelatihan dari SOIna Kota Bandung, bisa datang langsung untuk konsultasi.
Dan berdasarkan hasil psikotes, mereka harus memiliki IQ maksimal 70 untuk bisa mengikuti pelatihan dan kompetisi.
Apakah anak autis bisa ikut?
Menurut Abdul Karim, hal itu tergantung hasil psikotes terkait IQ mereka.
Karena banyak juga yang mengidap autisme tapi memiliki IQ normal rata-rata 90-109 atau di atas rata-rata 110 -119.
Baca Juga: Inilah Cara Melihat Khodam Pendamping Diri Sendiri, Gampang Sekali dan Tanpa Ritual
Yang dilatih di SOIna adalah mereka kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
“Untuk bisa membimbing mereka butuh pendekatan dan didampingi orang tua, supaya anak nyaman dengan pelatihnya,” tutur Abdul Karim.
Dengan begitu, mereka bisa optimal berlatih dan mencatat prestasi di kancah nasional maupun internasional.
Dan setelah sukses di PeSOnas 2022 kemarin, SOIna Kota Bandung kini mulai mempersiapkan diri untuk hadapi Special Olympics Word Games di Berlin 2023 mendatang.***