Harga Beras Mahal, Indonesia Alami Deagrarianisasi, BRIN: Ancaman Krisis Pangan Kian Nyata

- 26 Februari 2024, 16:45 WIB
Dua pekerja mengangkut beras di gudang Bulog Pasirhalang, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin, 26 Februari 2024. Harga beras naik beriringan dengan lahan pertanian terdegradasi dan menurunnya minat jadi petani, dalam pandangan BRIN, membuat ancaman krisis pangan kian nyata.
Dua pekerja mengangkut beras di gudang Bulog Pasirhalang, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin, 26 Februari 2024. Harga beras naik beriringan dengan lahan pertanian terdegradasi dan menurunnya minat jadi petani, dalam pandangan BRIN, membuat ancaman krisis pangan kian nyata. /ANTARA FOTO/Henry Purba/

DESKJABAR - Harga pangan, terutama beras, terus melonjak dan menjadi mahal. Di saat bersamaan, terjadi fenomena degradasi lahan pertanian, minat jadi petani menurun, dan berbagai fenomena lain.

Dalam pandangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena degradasi lahan pertanian ditambah semakin menurunnya minat orang-orang untuk menjadi petani, membuat ancaman krisis pangan kian nyata di masa depan.

Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN Lilis Mulyani menyatakan soal ancaman krisis pangan tersebut dalam forum diskusi budaya di Jakarta, Senin, 26 Februari 2024. Senjakala desa pertanian menjadi topik sangat penting dan relevan dalam pembangunan Indonesia.

Baca Juga: Promo Spesial Digimap Besok, iPhone 11 hanya Rp6 Jutaan, Extra Voucher Rp500 Ribu, Hanya di Shopee Mall

"Ini merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Padahal, bangsa kita sangat tergantung pada produksi pertanian," kata Lilis Mulyani, seperti disiarkan Antara.

Ia mengatakan, harga beras yang terus merangkak naik memperlihatkan gejolak di sektor pertanian yang terpengaruh oleh harga-harga global.

Menurut dia, petani di desa-desa mengalami berbagai tekanan yang membuat mereka dan generasi berikutnya berpikir ulang untuk tetap meneruskan penghidupan sebagai petani.

"Jumlah petani juga hampir berkurang sepertiganya dalam satu dekade terakhir," ucap Lilis Mulyani.

Baca Juga: Info Gempa Banten Terkini, BMKG Sebut Tiga Daerah Rawan Gempa Bumi dan Tsunami: Pandeglang, Lebak, Sukabumi

Indonesia alami proses deagrarianisasi

Pada kesempatan itu, akademisi Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional (STPN) Dwi Wulan Pujiriyani menjelaskan, Indonesia telah mengalami proses pergeseran struktur sosial dari masyarakat agraris menjadi masyarakat non agraris atau disebut deagrarianisasi.

Fenomena deagrarianisasi, kata dia melanjutkan, menempatkan pertanian bukan sebagai sektor primer, tetapi telah tumbuh menjadi sektor tersier dan aktivitas non pertanian menjadi semakin penting di kawasan perdesaan.

"Deagrarianisasi ini menjadi dampak yang serius yang akan terjadi ketika terjadi proses kehilangan tanah pada akhirnya petani harus kehilangan pilihan bahwa mereka bertani atau tidak bertani," kata Wulan menjelaskan.

Sektor pangan fokus utama riset BRIN

Dalam acara laporan Highlight Riset dan Inovasi 2023 di Jakarta, Kamis, 28 Desember 2023, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa BRIN masih menempatkan sektor pangan sebagai fokus utama penelitian yang selaras dengan arah pembangunan nasional.

Baca Juga: Sidang Isbat Awal Ramadhan 10 Maret 2024, Kemenag Siapkan 134 Lokasi; Muhammadiyah Mulai Puasa 11 Maret 2024

"Pangan memang paling besar karena itu menjadi fokus utama kami dan negara ini," kata Laksana Tri Handoko seperti dilansir Antara.

Sepanjang 2023, kata dia melanjutkan, BRIN memiliki 2.388 judul riset yang dilakukan oleh para periset dengan capaian 1.217 riset.

Riset paling banyak adalah lingkungan berkelanjutan yang mencapai 266 riset. Selanjutnya, 220 riset energi, 218 riset pangan, serta 156 riset kedaulatan kesehatan.

Dalam klaster kedaulatan pangan, kata dia melanjutkan, beberapa riset yang telah dilakukan oleh BRIN, di antaranya pemanfaatan tepung ikan dalam produk mie untuk anak penderita stunting, teknologi penyimpanan produk hortikultura atmosfer, perbanyakan klonal kelapa sawit, dan varietas unggul baru kakao nasional.

"Kami memang diminta fokus untuk melakukan riset dan inovasi yang basisnya sumber daya alam lokal hilirisasi untuk meningkatkan kedaulatan pangan dan energi," kata Laksana Tri Handoko.

Sebelumnya, BRIN bersama dengan Kementerian Pertanian RI telah menandatangani nota kesepahaman dalam pemenuhan varietas bibit unggul guna memperkuat sinergi dan dukungan terhadap pembangunan pertanian jangka panjang.

Halaman:

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x