Melongok Meriahnya Nyadran Agung, Budaya Wali Sanga untuk Sambut Ramadhan di Kulon Progo DIY

7 Maret 2024, 05:45 WIB
Kemeriahan suasana Nyadran Agung budaya peninggalan Wali Sanga untuk menyambur Ramadhan di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). / ANTARA/Sutarmi/

DESKJABAR - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih terus memelihara dan melestarikan budaya leluhurnya. Bertempat di Alun-alun Wates, Rabu 6 Maret 2024 kemarin, Pemkab Kulon Progo menyelenggarakan upacara adat Nyadran Agung sambut Ramadhan 2022/1445 Hijriah.

Pada upacara adat yang berlangsung meriah tersebut, Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan, Nyadran Agung merupakan agenda besar Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menjelang Ramadhan.

Menurut Ni Made, tradisi Nyadran dilaksanakan setiap tahun, dan merupakan salah satu upaya untuk melestarikan budaya Jawa yang sudah menyatu di dalam masyarakat yang dilaksanakan setiap bulan Ruwah atau sebelum Ramadhan tiba.

Ia mengatakan Nyadran Agung merupakan salah satu warisan budaya Islam-Jawa yang diajarkan oleh Wali Sanga atau Wali Songo, yang terangkai bagaikan sebuah untaian legenda, penuh ketakjuban, karena sarat makna keislamannya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tiba di Jakarta: Serukan Hentikan Genosida di Gaza, ASEAN akan Jadi Kekuatan Ekonomi Global

"Wali Sanga dikenal bukan hanya penyebar Islam yang gigih dan produktif, melainkan juga perintis berbagai kegiatan kreatif tradisi dan seni Islami," kata Ni Made dalam sambutannya.

Selain itu, Ni Made juga mengungkapkan bahwa melalui nyadran dapat dijadikan sebagai sarana silaturahmi untuk mempererat persaudaraan, yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, tanpa memandang status sosial ataupun agama yang menambah nilai keindahan suatu kebudayaan.

“Kegiatan Nyadran Agung salah satu budaya yang masih di uri-uri sampai saat ini yang merupakan kebudayaan bangsa yang dapat membangun toleransi, budi pekerti luhur dan juga sebagai pembelajaran untuk generasi muda agar menghormati leluhurnya," kata Ni Made.

Nilai toleransi

Sementara itu, Paniradya Pati Keistimewaan DIY mengatakan nilai toleransi juga dapat dijumpai pada tradisi nyadran ini.

“Nyadran Agung di Kabupaten Kulon Progo bukan semata sebuah perayaan tetapi juga sebuah momentum untuk memperkuat kohesi sosial kemasyarakatan kita dengan doa bersama lintas agama. Kita menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah kekuatan, bahwa kebersamaan dan harmoni adalah pondasi utama bagi pembangunan masyarakat yang lebih baik," kata Aris.

Baca Juga: Senangnya Wali Kota Bogor Bima Arya, Piala Adipura Dibawa Naik KRL Lalu Diarak Keliling Kota

Menurut dia, Nyadran Agung ini sebagai titik awal bagi kita untuk terus menjaga dan merawat warisan budaya dan spiritual yang telah diamanatkan.

Melalui tradisi nyadran ini, Aris mengajak seluruh masyarakat untuk membangun dunia yang lebih damai, di mana setiap individu saling menghargai, memahami dan mendukung dalam perjalanan spiritual masing-masing.

“Semoga dalam Nyadran Agung 2024 ini membawa cahaya baru bagi kita semua, membuka pintu ke arah masyarakat yang lebih harmonis, berbudaya dan religius. Bersama kita membangun keutamaan dari tradisi, di mana cinta, keadilan dan perdamaian menjadi tumpuan bagi kehidupan kita bersama," katanya.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler