Peluang Usaha Saat Kemarau, Inilah Komoditas Pertanian yang Cepat Panen dan Harga Bagus

26 Juli 2023, 09:12 WIB
Ada usaha jenis komoditas pertanian yang potensial pada puncak kemarau, yang cepat dipanen dan harga biasanya lebih tinggi. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Kondisi puncak kemarau masih ada peluang usaha pertanian yang potensial, dikaitkan kebutuhan konsumsi keseharian masyarakat. Ada peluang usaha jenis komoditas pertanian yang potensial pada puncak kemarau, yang cepat panen dan harga biasanya lebih bagus.

 

Ada usaha jenis-jenis komoditas pertanian bisa dilakukan dengan memanfaatkan pekarangan, serta dibudidayakan tanpa tanah, misalnya ember dan wadah plastik. Bahkan jika kita kebetulan sudah memiliki instalasi hidroponik, akan lebih bagus untuk menunjang usaha produksi lebih banyak.

Usaha komoditas pertanian yang panen cepat tetapi harga jual biasanya mahal saat kemarau, juga tergolong hemat air. Penggunaan airnya bisa sirkulir atau memanfaatkan air yang ada, sehingga biaya produksi pun irit pula. Cara ini efisien bagi usaha pertanian bagi komoditas umur 30 hari sudah panen.

Baca Juga: Budidaya Ikan dan Sayuran Dalam Ember, Hobi Asyik Perikanan dan Pertanian di Pekarangan

Irit penggunaan air

Lalu jenis-jenis komoditas pertanian apa yang sangat potensial pada puncak kemarau ? Jawabnya, adalah sayuran ! Sebab, pada musim kemarau, harga sayuran seringnya menjadi mahal, akibat banyaknya gagal panen di ladang pertanian karena mengalami kekeringan.

Wakil Ketua I Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat,  Muchlis Anwar, di Bandung, Rabu, 26 Juli 2023, menyarankan, komoditas yang diusahakan adalah hijau-hijauan, seperti kangkung, bayam, selada, sawi, dsb dengan umur panen 30-an hari. Biasanya, pada musim puncak kemarau, harga sayuran hijauan menjadi lebih tinggi.

Mengapa demikian, disebutkan, karena budidaya sayuran pada kondisi tanah sedang kering pada lahan terbuka, biasanya cepat menguap pengairan ketika musim kemarau. Apalagi ketika kondisi sedang sulit air, biaya produksi menjadi lebih berat jika dilakukan pada lahan terbuka.

Baca Juga: Harga Sedang Mahal, Panen Cengkeh 2023 di Utara Bandung Jadi Incaran Pencuri Hasil Pertanian

Dengan usaha pemanfaatan pekarangan, usaha pertanian sayuran dengan menggunakan media non-tanah, bisa lebih memanfaatkan cadangan air. Sebab, air bisa tersimpan lebih lama dalam wadah ember atau saluran hidroponik, dibandingkan pada media tanah.

Hanya saja, jika dilakukan pada skala pekarangan, tentu luasan dan besaran produksi tidak akan sebesar pada media tanah. Tetapi, usaha produksi sayuran pada lahan pekarangan, menjadi lebih dapat membantu untuk skala lingkungan, baik penjualan maupun konsumsi sehari-hari.

Muchlis Anwar mencontohkan, kebutuhan sayuran hijauan sebenarnya selalu tinggi setiap hari, apalagi banyak bisnis makanan selalu menggunakan sebagai lalab dan sayur. Ketika musim kemarau sedang puncaknya, seperti bulan Agustus,  banyak produksi sayuran hijauan anjlok di lahan tanah.

“Pada kondisi demikian, kesempatan bagi masyarakat yang masih memiliki pekarangan, walau luasan terbatas, berbisnis budidaya sayuran hijauan tersebut. Apalagi dengan terlihat dipanen langsung dari tempatnya, sering menjadi pemandangan menarik sehingga orang ingin membeli,” ujar Muchlis Anwar.

Baca Juga: Pertanian Hortikultura Jawa Barat Terdampak Cuaca Ekstrem Kemarau, Harga Sayuran Bisa Melonjak

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan bahwa manajemen air dengan teknologi budidaya pertanian hemat air akan sangat bermanfaat pada puncak kemarau.

Pihak Kementerian Pertanian mengingatkan, agar masyarakat benar-benar bisa menjaga sumber cadangan air dan bijak jika membuat bangunan. Caranya, tetap menyisakan sumber resapan cadangan air, karena akan sangat bermanfaat sebagai cadangan air ketika kemarau ekstrem atau kemarau panjang. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler