BERIKUT Kiprah Sayuti Melik Sang Juru Ketik Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Keluar Masuk Penjara

26 Juli 2022, 11:09 WIB
Ilustrasi pengetikan naskah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Sayuti Melik./YouTube Pahamify /

 


DESKJABAR - Kurang dari 1 bulan Bangsa Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaannya yang ke 77 tepatnya pada 17 Agustus 2022.

Bicara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tentu tak lepas dari sejumlah tokoh besar yang turut berjasa didalamnya salah satunya adalah Sayuti Melik.

Sayuti Melik dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia dikenal sebagai juru ketik teks proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Sayuti Melik tercatat sebagai seorang wartawan (jurnalis) yang aktif dalam dunia politik.

Baca Juga: Rekap Hasil Pertandingan BRI Liga 1 Pekan Pertama 23 Sampai 25 Juli 2022, Madura United Kuasai Puncak Klasemen

Karena kekritisan tulisannya terhadap penjajah (penguasa) ia tercatat sering bolak-balik keluar masuk penjara.

Berikut kiprahnya dikutip DeskJabar dari YouTube Pahamify berjudul "Kisah Hidup Sayuti Melik Sang Juru Ketik Naskah Proklamasi" diunggah 11 bulan lalu.

Sayuti Melik atau Mohamad Ibnu Sayuti lahir di Yogyakarta pada 25 Nopember 1908.

Ayahnya seorang kepala Desa di Sleman bernama Abdul Mu'in atau dikenal dengan Partoprawito dan ibu bernama Sumilah.

Baca Juga: Bareskrim Polri Ungkap Peran Empat Orang Tersangka Penyelewengan Dana ACT

Sejak kecil Sayuti Melik diajarkan nasionalisme oleh ayahnya dan kerap menyaksikan ayahnya menentang kebijakan penjajah Belanda yang merugikan kaum tani di daerahnya.

Dengan begitu, tak heran ia tumbuh menjadi pemuda patriot dan pemberani dan sejak remaja sudah mulai tertarik dengan isu-isu kebangsaan.

Ia juga rajin membaca buku dan menghadiri berbagai diskusi.

Pendiri Muhammadiyah Kia Ahmad Dahlan adalah panutannya.

Baca Juga: Temukan Apa Yang Dikatakan Bentuk Tangan Anda Tentang Kepribadian Anda Berdasarkan 4 Elemen Ini

Hingga tahun 1920, dikisahkan ia bersekolah di Solo dan sejak itu mulai mengenal pemikiran pemikiran kiri.

Ia terinspirasi berbagai tulisan tulisan di majalah Islam bergerak pimpinan Kiai Misbah.

Sejak itulah daya kritis serta kemampuan menulisnya semakin terasah dan dengan keberaniannya ia tuangkan idenya dalam bentuk tulisan opini dan kritiknya di berbagai surat kabar.

Kekritisan terhadap kaum penjajah Belanda saat itu membuatnya ia harus bolak-balik keluar masuk penjara.

Baca Juga: CITAYAM FASHION WEEK, Ini Opini Fashion Designer Jakarta, Dari Mulai Pria Berpakaian Wanita Hingga Attitude

Tercatat, tahun 1924 ia masuk penjara di Ambarawa, Jawa Tengah gegara tulisan dan pergerakannya melawan kolonial Belanda.

Ia dituding telah melawan pemerintah dan menghasut rakyat.

Berikutnya, tahun 1926 ia kembali ditangkap karena dituduh melakukan perlawanan bersama PKI dan ia harus dibuang ke Boven Digoel Papua hingga tahun 1933.

Usai bebas dari Papua, ia kembali ke Yogyakarta kemudian merantau ke Singapura.

Disana (Singapura) lagi lagi ia ditangkap pemerintah kolonial Inggris dengan sangkaan melakukan gerakan bawah tanah melawan penjajah dan dipenjara selama satu tahun 1936-1937.

Baca Juga: Marak Fenomena Bullying Terhadap Anak di Sekolah, Tenyata Inilah 5 Faktor Penyebabnya yang Harus Diketahui

Berikutnya ia diusir dari Singapura kembali ke Indonesia dan dikirim ke penjara Sel Gang Tengah atau dikenal dengan Salemba dan menjalani hukuman selama 1 tahun.

Bagi Sayuti Melik berkali kali masuk penjara tak membuatnya kapok atau jera untuk tetap membuat tulisan berisi kritikan terhadap penguasa.

Di tahun 1938, ia menikah dengan pujaan hatinya Soerastri Karma Trimurti, yang juga seorang jurnalis dan aktivis.

Kemudian ia mendirikan koran Pesat di Semarang, Jawa Tengah.

Lewat koran miliknya itu, suami istri ini tetap menyalurkan kekritisan lewat berbagai tulisan sehingga kerap pasangan ini keluar masuk penjara hingga korannya di bredel pada tahun 1942.

Selain berjuang lewat tulisan tulisan Sayuti Melik juga menjadi salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia yakni menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Ir. Soekarno.

Selain itu, Ia juga terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945.

Saat itu Ia bersama kaum muda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dan mendorong kaum tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Singkat cerita, usai perundingan yang sangat alot, kaum muda dan kaum tua sepakat akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Kemudian mereka bertolak menuju kediaman Laksamana Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.

Ditempat inilah Sayuti Melik turut berperan dalam sejarah Indonesia sebagai juru ketik tek proklamasi yang sudah disusun Soekarno, Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo.

Terdapat beberapa hal atau kalimat yang diubah saat Sayuti Melik mengetik naskah teks proklamasi.

Diantaranya kata "tempoh" diubah menjadi tempo. Kemudian kata "Wakil-Wakil Bangsa Indonesia" diubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia dan dilengkapi nama Soekarno-Hatta.

Dan terakhir kata " Djakarta, 17 - 08 - 05" diubah menjadi Djakarta, hari 17 bolean 08 tahoen 05.

Dan hasil ketikan Sayuti Melik jadilah teks proklamasi uang dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945 untuk menyatakan bangsa Indonesia telah merdeka.

Itulah kisah Sayuti Melik juru ketik teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sayuti Melik meninggal di Jakarta, pada 27 Februari 1989 pada usia 80 tahun.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler