Baca Juga: Film Vina Cirebon Segera Tayang, Netizen tidak Tega Melihat, Banyak Disangka Vina Garut
Sarana dakwah
Apalagi, kata Titin, jika cerita dimunculkan, cenderung hiburan bersifat dakwah, para penonton menjadi memperoleh ilmu sepulangnya. Biasanya, ceritanya seputar perjalanan dunia mulai zaman jahiliyah, lalu kepercayaan zaman Hindu, Budha, sampai jaman mulai masuknya Islam ke Cirebon.
Menurut Titin, ada fenomena dimana wayang kulit Cirebon sekarang digemari kalangan muda, sehingga para penonton menjadi beragam umurnya. Sepengetahuan dia, orang-orang pemerintah Kecamatan Weru juga termasuk penggemar berat wayang kulit Cirebon.
Hanya saja, katanya, pertunjukan wayang kulit di Cirebon sebenarnya dua golongan yang masing-masing berbeda. Ada dalang wayang kulit Cirebon yang cenderung bersifat dakwah, apalagi dari sejarahnya dahulu digunakan sebagai penyebaran agama Islam.
Ditunjukan Titin, masih ada pertunjukan wayang kulit yang menggantungkan banyak sesuatu di atas panggung. Pada tahun-tahun lalu, yang digantungkan adalah hasil bumi, seperti pisang, atau makanan tradisional, tetapi pada zaman kini cukup banyak diganti dengan menggantungkan aneka barang modern, misalnya ember plastik, kipas angin, dsb.
Tetapi, ada juga golongan lainnya dimana pertunjukan wayang kulit di Cirebon yang masih terkesan mistis. “Kalau yang ini, buat saya pribadi, terkesan mistisnya sangat dominan terutama pada gamelan pembukaan, suasananya menjadi seram, ketir, dan menakutkan,” cerita Titin.
Walau demikian, katanya, pertunjukan wayang kulit di Cirebon dari golongan yang masih terasa kesan mistisnya, lebih ringan dan ringkas dalam prosesi pembukaan. Sebab, ada jenis kesenian lain di Cirebon yang terkesan juga masih mistis, tetapi lebih banyak sesajennya, dan terlibat lebih ribet. ***