IJTI Sumedang-Majalengka di 'Kuring Milu' untuk Wujudkan Kondusifitas Pemilu 2024: Hoax Jadi Bahasan Utama

- 16 Januari 2024, 22:03 WIB
Diskusi jelang pemilu 2024 yang digagas Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumedang-Majalengka di Cafe Zazi Jalan Kutamaya 77 Kelurahan Kota Kulon, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin, 16 Januari 2024.
Diskusi jelang pemilu 2024 yang digagas Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumedang-Majalengka di Cafe Zazi Jalan Kutamaya 77 Kelurahan Kota Kulon, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin, 16 Januari 2024. /Desk Jabar/Rio Kuswandi/

Ia juga memastikan kelengkapan logistik lengkap, mulai dari surat suara, kotak suara hingga perlengkapan lainnya. Begitupun juga dengan personil KPU yang sudah siap tempur untuk menjalankan tugasnya untuk melakukan pemungutan suara.

Ogi sependapat jika pemilu 2024 digelar secara damai, jujur dan adil. Peran media, kata Ogi, diperlukan dalam menciptakan kondusifitas pemilu.

"Misalnya atas sebuah isu yang menyeruak bahkan mungkin timbul hoax. Nah itu bisa dilakukan dengan melakukan kroscek hingga kemudian media bisa kembali menyampaikan dengan pemberitaan-pemberitaan yang benar," kata Ogi.

Kemudian peran mahasiswa dibutuhkan dalam hal ini. Mahasiswa juga bisa memberikan edukasi kepada masyarakat mana berita yang benar dan mana yang tidak benar.

"Disana ada peran mahasiswa dalam menjaga kondusifitas, dan ketika baca berita jangan hanya membaca judulnya saja tapi harus tuntas supaya tidak gagal paham," ucap Ketua KPU Sumedang itu.

Baca Juga: Daop 2 Bandung Ingatkan Masyarakat tidak Melakukan Aktivitas di Sekitar Jalur Kereta Api  

Sementara itu, Kapolres Sumedang AKBP Joko Dwi Harsono yang diwakili Kasie Humas Polres Sumedang Awang Munggardihaya mengapresiasi diskusi ini.

Ini, kata dia, menjadi sarana ajang menyalurkan aspirasi atas apa yang terlihat secara kasat mata jelang pemilu. 

Awang juga menyampaikan jika saat ini, jelang pemilu pada khususnya, ancaman yang mungkin terjadi adalah mulai dari hoax, disinformasi yang berkembang menjadi cyber bullying hingga ujaran kebencian di media sosial.

Bahkan, bisa berlanjut ke pengerahan aksi massa yang di tunggangi kelompok tertentu sehingga menciptakan suasana yang tidak karuan karena beda pilihan yang kaitannya dengan sentimen sara.

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah