Hewan Serigala ada Juga di Jawa Barat Disebut Ajag, Begini Tampilan Hewan Itu

- 9 Januari 2024, 09:52 WIB
Hewan ajag (Cuon alpinus Pallas).
Hewan ajag (Cuon alpinus Pallas). /dok indiabiodiversity.org

DESKJABAR – Hewan serigala yang merupakan banyak ditampilkan pada sejumlah film buatan Hollywood, Amerika. Tampilan serigala merupakan hewan anjing buas di hutan yang suka secara kawanan mengepung dan memangsa makhluk hidup lainnya, termasuk manusia.

Mungkin kita bertanya, apakah serigala ada juga di Indonesia ? Jawabnya, ternyata ada, termasuk di Jawa Barat. Secara umum, hewan sejenis serigala adalah anjing hutan terdapat di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Nah, seperti apakah tampilan hewan serigala di Jawa Barat ?

Orang Sunda sering menyebut serigala lokal dengan “ajag” yang sebenarnya merupakan anjing hutan. Populasi hewan ajag di dunia dikabarkan tinggal ribuan ekor, dengan menyebar di Asia, selain di Indonesia, juga Bangladesh, Bhutan, Cina, India, Kamboja, Kazakhstan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Rusia (kawasan Asia), Tajikistan, Thailand, dan Vietnam.

 Baca Juga: POPULASI Macan Tutul di Hutan Gunung Ciremai Bertambah, TNGC Perdalam Indikasi Adanya 3 Penghuni Baru

Lokasi terdapat Serigala di Jawa Barat

Kini populasi hewan ajag alias serigala lokal Jawa Barat, dilestarikan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kemunculan kembali hewan ajag alias serigala lokal di Jawa Barat terjadi tahun 2014, di kawasan Bodogol, Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan catatan DeskJabar, bagi masyarakat senior di Jawa Barat, hewan ajag pernah populer menakutkan sampai tahun 1980-an, pernah ada pada hutan-hutan di kawasan Bandung, Bogor, Majalengka, dan Priangan Timur. Sampai masa itu suara lolongan ajag di hutan sering terdengar sampai ke pemukiman.  

Ayi Rustiadi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada laman gedepangrango.org, menyebutkan, dengan mengutip cerita Kasi P2 Balai Besar TNGGP, pada tahun 1970-an, hewan ajag masih cukup banyak pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Keberadaan sejumlah hewan ajag sampai berkeliaran ke pinggiran hutan. Bahkan Kasi P2 TNGPP pernah dikepung kawanan anjing hutan ketika sedang membuat makanan ayam bakar di sekitar Kandang Ratu.

Pengalaman lainnya, adalah tahun 1980-an, Kasi P2 TNGPP juga sering mendengar suara lolongan ajag pernah terdengar di alun-alun Suryakancana Bogor. Tahun 1987, pernag bergegas pulang alun-alun Suryakancana Bogor, gara-gara suara lolongan ajag di sekeliling lokasi itu.

Kemunculan hewan ajag di Jawa Barat  kembali terjadi pada tahun 2014, di kawasan Bodogol, Kabupaten Sukabumi. Kemunculan hewan ajag terlihat dari laporan personil PEH BB TNGPP, menunjukan terlihat pada camera trap yang sebenarnya untuk memonitor macan tutul.

 Baca Juga: Di Gunung Kareumbi Sumedang, Penghobi Berburu Kini Takut Babi Hutan Siluman

Gambaran hewan ajag

Disebutkan, biasanya anjing hutan hidup berkelompok sekitar 5 s.d 12 ekor, sifatnya hidup perburuan. Uniknya, yang di kawasan TNGGP hewan-hewan ajag yang ditemukan hidup soliter alias menyendiri.

Menurut Ayi Rustiadi, hewan ajag kadang-kadang dianggap sama dengan serigala, dingo, rubah, dan raccoon. Padahal sebenarnya tidak sama, karena diantara mereka hanya berkerabat saja.

Yang disebut serigala yang populer disebut wolf (Canis lupus) banyak ditemukan di Eropa, dingo (Canis familiaris) banyak ditemuka di Australia, rubah/fox (Canis vulpes) dan racoon (Nyictreutes procynoides) banyak ditemukan di Cina, Vietman, Rusia, dan Eropa.

Ada pun ajag memiliki nama latin Cuan alpinus Pallas, dimana tampilan ukuran tubuhnya tidak berbeda jauh mirip anjing peliharaan. Tetapi tampilan ajag adalah dengan warna tubuh coklat kemerahan, bawah dagu dan leher hingga ujung perut berwarna putih, serta ekor tebal kehitaman, dengan panjang sekitar 90 cm, tinggi 50 cm, ekor 40-45 cm, berat 12-20 kh,

Hewan ajag memiliki kemampuan penciuman sangat tinggi dan mampu mendeteksi suara rendah. Karena itu, kemampuan deteksi hewan ajag sangat tinggi untuk mengejar buruannya. ***

sumber asli : https://gedepangrango.org/2014/04/01/satwaku-yang-hilang-telah-kembali/

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah