DESKJABAR - Kabupaten Ciamis memiliki banyak wisata sejarah dan Budaya yang sudah kesohor sejak lama. Beberapa peninggalan tersebut di antaranya adalah situs Astana Gede Kawali dan obyek wisata Budaya Ciungwanara yang menjadi Ikon wisata di Ciamis.
Selain dua situs tersebut, di tengah-tengah kota Ciamis terdapat situs peninggalan dengan jejak cerita kejayaan bernama Situs Jambansari yang juga dihormati keberadaannya oleh masyarakat tatar galuh.
Situs budaya yang dibangun pada tahun 1872 dengan lahan seluas 4 hektar tersebut kini dikelola oleh Yayasan Kusumadiningrat.
Situs Jambansari berupa Kompleks pemakaman seorang tokoh terkenal di Ciamis bernama Raden Adipati Aria Kusumadiningrat (RAA Kusumadiningrat), bupati Ciamis ke-16 yang memerintah pada tahun 1839 – 1886 ketika masih bernama Galuh.
Baca Juga: Untuk Rawat Caleg Stres Gagal Pemilu 2024, 2 Rumah Sakit di Bandung Siapkan Ruang Khusus
Baca Juga: Tol Getaci Ruas Gedebage-Garut-Tasikmalaya-Ciamis Dieksekusi 2024, Nilai Investasi Rp27,14 Triliun
RAA Kusumadiningrat adalah salah satu bupati Ciamis paling terkenal dan dianggap berjasa besar dalam membangun wilayah Ciamis dahulu ketika masih bernama Galuh.
Pada masa kepemimpinannya, RAA Kusumahdiningrat tidak tinggal di gedung kabupaten. Ia lebih memilih tinggal di rumahnya yang berupa rumah panggung kokoh terbuat dari kayu jati berukir yang disebut sebagai keraton Selagangga. Tempat ini sekarang dikenal dengan sebutan Jambansari.
RAA Kusumadiningrat dikenang sebagai bupati yang cakap, seorang ulama yang aktif menyebarkan dakwan Islam. Pada tahun 1874, ia memperoleh tanda kehormatan dari pemerintah Hindia Belanda berupa songsong kuning (payung kebesaran berwarna kuning emas).
Empat tahun kemudian RAA Kusumadiningrat dianugerahi “Rider Orde van de Nederlandsche Leeuw” dari Ratu Belanda. Ia pandai berbahasa Belanda dan Perancis. Di bawah pemerintahannya Ciamis muncul sebagai kabupaten yang makmur.