Maman menembahkan, untuk sementara jumlah macan tutul yang mendiami kawasan hutan TNGC Kuningan tersebut masih 4 individu. Ke-4 macan tutul tersebut adalah 2 ekot merupakan penghuni lama, 2 ekot lagi adalah hasil pelepasan liar.
“Di TNGC individu macan tutul yang sudah kita hitung dengan kamera trap ini ada dua hasil lepasan yaitu Slamet dan Rasi. Kemudian ada dua individu di kawasan TNGC,” ujarnya.
Sedangkan terkait indikasi adanya tiga individu baru macan tutul, berawal ketika mereka menemukan sejumlah perbedaan pada pola, bentuk, corak, dan ukuran tutul pada macan tutul yang terekam pada kamera trap yang disebar di kawasan hutan tersebut.
Maman menjelaskan, dilihat pada morfologinya, penampakan individu baru yang terekam kamera itu diindikasikan sebagai macan tutul yang belum dijumpai di Gunung Ciremai. Itu artinya, individu macan tutul tersebut bukan berasal dari hasil kembang biak macan tutul yang ada sebelumnya. Apalagi hasil identifikasi sementara individu baru itu sudah dewasa.
“Ini ada indikasi dan informasi terkait pembeda-pembeda dari macan tutul di beberapa tempat, mungkin ada tiga individu yang ingin kami pastikan lagi. Kami sedang mempelajari pola tutulnya. Pada waktunya akan kami rilis. Ada empat. Setelah kami analisa, sepintas dari pola tutul itu ada tiga individu baru,” kata Maman menjelaskan.
Sementara itu Koordinator Pemantau Macan Tutul Jawa Balai TNGC Dwi Suryana mengemukakan bahwa proses identifikasi adanya individu baru macan tutul itu masih membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Sebab, ungkap Dwi, ada sejumlah tahapan dan metode perhitungan tertentu guna menyatakan bahwa populasi macan tutul di Gunung Ciremai bertambah.
“Perlu justifikasi oleh ahli. Ini proses yang belum dilakukan. Tahapan paling susah adalah tahapan pengunduhan, identifikasi dan pengumpulan datanya,” ucap dia.***