“Korbannya ada pengunjung yang sedang naik perahu, kemudian terkait sesuatu di tengah waduk yang membuat perahu terguling. Ada juga korbannya pencari ikan di waduk yang kemudian tenggelam di bagian dasar waduk yang cukup dalam,” tutur Siti.
Bahkan, dia menceritakan, pada tahun lalu korban ditemukan setelah 3 hari tenggelam di dasar waduk. Mayatnya kemudian ditemukan mengambang ke arah waduk yang dangkal, yang letaknya tidak jauh dari warung Siti saat ini.
Alhamdulillah, menurut pengakuan Siti, kejadian tersebut belum pernah terjadi di bagian waduk di wilayah Jatibungur.
Menurut Siti, hampir setiap tahun warga di Jatibungur atau warga yang selama ini membuka warung di pinggiran Waduk jatigede di wilayah Jatibungur, selalu melakukan hajatan setiap tanggal 15 Agustus.
Hajatan terakhir kali juga dilakukan pada 15 Agustus 2023 di lahan yang dulunya merupakan dasar waduk.
"Biasanya kami di sini para pedanag patungan kemudian mengadakan hajatan di salah satu warung untuk melakukan doa bersama. Dilaksanakan pada setiap 15 Agustus karena pada tanggal itulah Waduk Jatiluhur mulai beroperasi dan digenangi air," ujar Siti.
Mencari Ikan Menggunakan Jaket Pelampung
Bagi orang yang tidak tahu, dasar Waduk Jatigede terbentuk dengan menyisakan sejumlah bangunan seperti rumah dan bangunan lain yang sengaja ditenggelamkan. Belum lagi kontur dsaar waduk yang tidak rata merupakan ancaman yang cukup membahayakan.
Tidak heran dalam kondisi Waduk Jatigede kekeringan seperti saat ini, para pencari ikan dengan cara dikecrik, mereka menggunakan jaket pelampung untuk menjaga agar mereka tidak tenggelam.