Mengamati bekas luka yang terdapat di bagian wajah dan tubuh kedua korban kasus Subang, dr Hastry mengaku merasakan luka-luka yang dia buat ke korban itu.
Atas dasar itu pulalah, dr Hastry menyebut jiga pelaku pembunuh kasus Subang adalah psikopat. Seorang psikopat melakukan sesuatu yang di luar nalar serta tidak pandang bulu.
Perilaku psikopat terjadi, jelas Hastry karena ada gangguan di organ otaknya yang tidak terbentuk secara sempurna.
"Itu sesuatu yang memang mempengaruhi dia secara kepribadian," kata dr Hastry seraya menambahkan, seorang psikopat penampakan sehari-harinya juga terlihat baik-baik saja.
Karena ada dugaan pelaku pembunuh kasus Subang seorang psikopat, beberapa waktu lalu ada saksi yang dites kebohongan dan tes kesehatan jiwa.
Dokter Hastry berharap, siapa pelaku pembunuh kasus Subang bisa ditemukan sesuai dengan apa yang dia kerjakan (otopsi) pada jenazah Tuti dan Amel.
Dokter Hastry mengakui jika dalam satu kasus sampai terjadi dua kali otopsi, maka yang lebih banyak dipakai hasil otopsi yang pertama, yang kedua hanya melengkapi.
Namun begitu kata Hastry, hasil otopsi kedua yang dilakukannya bisa juga menjadi alat bukti di pengadilan. Namun itu tergantung jaksa penuntut umum dan pembelanya.
“Apakah memang cukup dari visum yang pertama atau butuh visum kedua. Dan nanti kalau kurang saya dipanggil juga untuk memberi keterangan ahli”, jelas dr Hastry.