Dalam kenangan tahun 1980-an di Garut pula, bunyi cerobong lokomotif kereta api uap pernah dijadikan tanda buka puasa saat bulan Ramadhan.
Pada saat itu, kebiasaan ngabuburit menunggu buka puasa, umum dilakukan warga sekitar, mulai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, seiring kisah zaman rangkaian tua kereta api uap yang ditarik lokomotif uap yang dijuluki “si Gombar” (seri CC50 dan CC10) dan “si Kuik” (seri C11).
Kenangan Stasiun Garut selama bulan Ramadhan, masih sangat berkesan bagi warga sekitaran, Idih Ruskanda (69) yang kini tinggal di Bandung. Idih Ruskanda yang mantan Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Kujang (persero), Cikampek, Karawang.
Idih Ruskanda pun mengenang jauh ke masa kecil yang tinggal pada di sebuah rumah dekat gudang Stasiun Garut. Saat itu, ayahnya adalah pegawai kereta api yang masih bernama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Idih sangat mengingat pada Ramadhan tahun 1966 , yang menurut dia, saat itu berlangsung bulan Juni. Ia sering ngabuburit bersama teman-temannya di Stasiun Garut, Stasiun Wanaraja, dan Stasiun Bayongbong.
Baca Juga: Di Cianjur, Pernah Heboh Hantu Gentayangan Orang Meninggal, Ternyata Salah Sangka
Disebutkan, pada masa itu, selama Ramadhan, umumnya berbagai sekolah diliburkan, termasuk di Garut. Namun bagi anak-anak, suasana tersebut merupakan kesempatan ngabuburit menggunakan kereta api, baik jalur Cikajang-Garut pp maupun Garut-Cibatu pp.
Ia mengingat, pada tahun 1966, ada jadwal ketibaan bersamaan di Stasiun Garut, antara rangkaian kereta api dari Cikajang dan dari Cibatu, yaitu pukul 6.30 WIB, pukul 12.00.
Juga ada jadwal laatste (sebutan umum masa itu atas jadwal terakhir, yang menggunakan bahasa Belanda), pada pukul 17.00.