Bahkan, tambahnya, beliau pun mengatakan tidaklah terlalu sulit tapi membutuhkan waktu, mungkin saja hasil dari yang sifatnya ilmiah.
"Contoh adalah hasil otopsi, takutnya ada beberapa data yang didapatkan adalah hasil freming," tutur Anjas.
Walaupun, tambahnya lagi, ini bisa dipaparkan secara detail bagaimana membedakan data-data yang sifatnya freming atau data-data yang sifatnya keteledoran dari para pelaku.
"Tapi ada kecenderungan sepertinya tim Polda Jabar lebih percaya diri dengan alat bukti yang sifatnya bisa dilihat dengan mata," ucap Anjas.
Misalkan tambahnya, dengan sketsa keterangan saksi tapi dengan keterangan ahli yang sifatnya ilmu pengetahuan belum mendapat porsi keyakinan sepenuhnya.
"Kalau aku menilai agak sedikit kurang percaya diri adalah penilaian pribadi aku, Polda Jabar juga meletakkan alat bukti itu sama rata semuanya, " kata Anjas.
Baca Juga: 11 Aura Pada Manusia Memancarkan Energi Mengungkapkan Potensi Karakter Kepribadian
Bahwa alat bukti keterangan saksi, tambahnya, itu pasti jauh lebih kuat dibandingkan keterangan ahli, atau keterangan terdakwa itu jauh lebih kuat dibandingkan keterangan saksi.
Dari unsur kelima alat bukti yang sudah sering dibahas, tuturnya lagi, tidak bisa serta-merta otomatis lebih tinggi derajatnya, lebih kuat atau lebih lemah.
"Tidak seperti itu tapi semua tergantung konteksnya, tergantung kondisinya. Misalkan kalau Polda Jabar merasa bahwa keterangan saksi dinilainya lebih kuat dibandingkan keterangan ahli," ucap Anjas.