KILAS BALIK KASUS SUBANG, Mengapa Penyidik Polda Jabar Butuh Waktu Lama? Begini Penjelasan Sumy Hastry

- 31 Desember 2021, 10:13 WIB
Pertigaan Jalan Cagak Subang. Ke kiri menuju Kampung Ciseuti, Kecamatan Jalancagak, yang sedang heboh kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang
Pertigaan Jalan Cagak Subang. Ke kiri menuju Kampung Ciseuti, Kecamatan Jalancagak, yang sedang heboh kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang /Google Maps/

DESKJABAR - Masyarakat menaruh harapan besar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang dapat terungkap pada awal tahun 2022 sesuai janji Kapolda Jabar Irjen Pol Kombes Pol Suntana.

"Untuk kejadian di Subang mohon doanya target saya awal tahun penyidik sedang mengumpulkan fakta-faktanya. Mohon kesabarannya, saya berkomitmen terhadap kasus ini," kata Irjen Pol Suntana kepada wartawan di Mapolda Jabar Rabu, 29 Desember 2021.

Di hari yang sama, tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar melalui Kombes Pol Yani Sudarto, merilis sketsa wajah terduga pelaku pembunuh Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) alias Amel.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERUPDATE, Polisi Punya Sketsa Wajah Tampak Depan Terduga Pembunuh? Begini Kata Rohman Hidayat

Baca Juga: KASUS SUBANG TERUPDATE, Polisi Belum Dapat Pastikan 2 Alat Bukti, Anjas: Ini Bagian yang Menurut Aku Sedih

"Kami sudah memeriksa saksi potensial dan mendapatkan sketsa wajah dari terduga yang potensial dalam kasus tersebut. Sketsa wajah ini hasil dari tim Inafis Bareskrim," kata Kombes Pol Yani Sudarto.

Namun, Kombes Pol Yani Sudarto juga menyebutkan bahwa tingkat kesulitan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang sangat tinggi.

"Kenapa kasus ini tingkat kesulitannya sangat tinggi, karena sampai saat ini penyidik belum dapat memastikan dua alat bukti," kata dia.

Selama proses penyidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, tim penyidik Polda Jabar sudah melakukan 5 kali olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan 2 kali autopsi jasad Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu.

Dalam kilas balik kasus Subang, pakar forensik dr Sumy Hastry Purwanti pernah menjelaskan kasus ini dari sudut pandang ilmu pengetahuannya saat berbincang dengan Denny Darko di sejumlah video yang tayang di kanal YouTube Denny Darko.

Seperti diberitakan DeskJabar.com, beberapa saat setelah terjadi pembunuhan ibu dan anak di Subang pada 18 Agustus 2021, polisi yang masuk TKP mendapati lantai rumah dalam keadaan basah.

Pelaku diduga berusaha membersihkan sidik jari termasuk di tubuh korban Tuti Suhartini dan Amel sebelum jasadnya ditumpuk di bagasi mobil Alpard.

Pelaku juga diduga sempat membersihkan bodi mobil Alphard untuk menghilangkan jejak sidik jari.

Baca Juga: KABAR MENGHARUKAN KASUS SUBANG, Yosep dan Yoris Berangkulan, Indra Zainal: Bukan Drama, Bukan Sinetron

Baca Juga: SKETSA TERDUGA PEMBUNUH SUBANG BEREDAR, Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana: Target Saya Awal Tahun

Menurut Sumy Hastry, temuan sidik jari di beberapa tempat tersebut berkat kegigihan tim Indonesia Automatic Finger Print Identification System atau Inafis Polri.

"Temen-temen Inafis bisa dapat di sekitar tembok yang kering, pintu masuk, pintu keluar, di mobil," ujarnya.

Menurut dr Sumy Hastry, kendati pintu mobil ada bekas dibersihkan, tetapi polisi masih bisa menemukan sidik jari. Karena dibersihkan secara terburu-buru sehingga di beberapa bagian mobil masih ditemukan sidik jari.

Sumy Hastry pun mengonfirmasi bahwa polisi tidak menemukan sidik jari di tubuh jenazah Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu alias Amel Subang. Pelaku diduga berusaha membersihkan sidik jari di tubuh korban Tuti Suhartini dan Amel dengan cara memandikannya.

Sumy Hastry menilai pelaku kejahatan semakin pintar dalam menghilangkan jejak-jejak karena semua orang mudah mengakses forensik di internet, untuk mempelajari cara menghilangkan alat bukti.

"Di beberapa kasus kami menemukan tangannya dihilangkan biar nggak ketemu sidik jarinya. Kepalanya dihilangkan biar tidak bisa periksa giginya atau odontologi. Ada juga yang menghilangkan alat kelaminnya," tutur Sumy Hastry.

Identifikasi butuh waktu lama

Pada kesempatan lain, Sumy Hastry juga menjelaskan bahwa proses identifikasi kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang butuh waktu lama meskipun penyidik sudah mendapatkan puluhan DNA di TKP.

Baca Juga: Manuver Yoris di Kasus Subang, Bisa Jadi Bahan Gorengan yang Empuk, Hujatan, dan Munculkan Isu Kambing Hitam

Menurut dr Sumy Hastry, kalau proses identifikasi bencana massal bisa cepat karena ada data pembanding dari pihak keluarga. Demikian juga untuk kasus teroris, ada data pembanding dari pihak keluarga.

"Sekarang kasus Subang. Kita sudah dapatkan puluhan DNA yang ada di sekitar lokasi, kita petakan. Matching nggak dengan DNA yang kita dapat di properti atau barang bukti di lokasi itu. Makanya butuh waktu lama," tutur dr Sumy Hastry.

Ia menjelaskan, untuk pemeriksaan darah bisa berlangsung dalam waktu cepat. Tiga hari bisa selesai. Akan tetapi, untuk memeriksa sidik jari di puntung rokok, kursi, pintu, atau mobil, prosesnya lama.

"Tambah lama lagi karena pemeriksaan berulang dan diambil beberapa kali. Apalagi TKP Subang kacau sudah terkontaminasi karena ada banyak orang yang masuk," kata Sumy Hastry.

Sumy Hastry pun menjelaskan, setelah mengetahui DNA siapa yang ada di rokok, pemeriksa tetap membutuhkan waktu lama.

"Apalagi TKP rumah itu juga banyak didatangi orang. Oh yang paling baru DNA siapa, sesuai nggak dengan kejadian. Lamanya di situ. Sebenarnya kita sudah dapat dan sudah selesai, sudah ketemu semua dari hasil lab di Jakarta," kata dia.

Ia menjelaskan bahwa tim pemeriksa ingin memastikan dulu tersangkanya sebelum diumumkan. Harus ada pintu masuknya dari mana sehingga polisi berkeyakinan bahwa dia memang terlibat dalam kasus tersebut. Baru setelah itu berkembang.

Baca Juga: Ini Alasan Yoris Pilih Bersama Yosep dalam Pengungkapan Kasus Subang, Rohman Hidayat: Murni Kesadaran Sendiri

Soal alat bukti lain dalam kasus Subang, Sumy Hastry menjelaskan bahwa tim penyidik selain mencari dari autopsi jenasah juga mem-profile dengan psikologi forensik, detektor kebohongan, dsb.

"Itu kan bisa sebagai alat bukti untuk keterangan ahli. Bahkan ada juga ahli poligraf untuk mengamati karakter tulisan. Jadi, kepolisian juga didukung oleh tim forensik yang menyeluruh," tuturnya.

Profil perokok ada rekamannya

Mengenai banyaknya temuan puntung rokok berbagai merek di TKP, Sumy Hastry pun menerangkan bahwa setiap perokok itu berbeda-beda profilnya.

"Jadi ini saya kasih bocoran, profil orang merokok itu beda. Bisa satu puntung rokok habis, bisa hanya sampai tiga perempat, bisa cara memegangnya seperti apa. Kita ini memeriksa para saksi, bagaimana sih dia merokok, bagaimana sih dia menghabiskan rokok," kata Sumy Hastry.

Sumy Hastry mengungkapkan bahwa dari memeriksa cara merokok para saksi, sudah bisa dibedakan dan ditemukan melalui profil yang dilakukan polisi.

"DNA sudah berbicara. Profil dia perokok, mereknya apa. Itu sudah ada rekamannya," kata Sumy Hastry.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERUPDATE, Pengumuman Tersangka Jadinya Tahun Depan? Anjas: Pokoknya Kita Kawal Terus

Saat ini, penyidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang sudah memasuki bulan ke-5. Tim penyidik Polda Jabar masih harus bekerja keras untuk secepatnya mengungkap pelaku pembunuhan, otak atau dalang, juga orang-orang yang mengetahui kasusnya. 

Hingga hari ini, Jumat, 31 Desember 2021, tim penyidik sudah memeriksa total 69 saksi plus saksi ahli. Beberapa saksi di antaranya, sudah menjalani pemeriksaan berulang-ulang, termasuk Yosep, suami Tuti Suhartini sekaligus ayah dari Amel, yang sudah menjalani pemeriksaan 16 kali.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x