MILENIAL Menanam Pohon, Bila Semua Warga Indonesia Seperti Ini, Bisa Jadi Banjir Bandang Tidak Terjadi

- 12 Desember 2021, 20:42 WIB
Komunitas Pecinta Alam di Tasikmalaya
Komunitas Pecinta Alam di Tasikmalaya /dokumen pribadi/

DESKJABAR- Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut beberapa waktu lalu terjadi karena tata kelola lingkungan yang tidak baik.

Salah satunya terjadi alih fungsi lahan di kawasan hulu dari lahan hutan menjadi lahan pertanian sayuran. Bahkan, banyak lahan kritis yang tidak dihijaukan kembali.

Berkaca dari banyaknya kejadian bencana banjir bandang yang terjadi di Indonesia dan yang paling dekat di Garut Jawa Barat, para kaula muda dari berbagai komunitas pecinta alam melakukan upaya penanam pohon di lahan kritis kawasan hulu sungai Citanduy.

Baca Juga: TEMUAN Bukti Baru Menjadi Dasar Menyeret Tersangka Pembunuh Ibu dan Anak di Subang untuk Diumumkan

Penanaman pohon itu dilakukan di kawasan  hulu Citanduy tepatnya di daerah Leuwitiris, Kampung Cikadu, Desa Guranteng, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya.

Puluhan komunitas pecinta alam yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa itu, menanam pohon buan-buanan di lahan milik masyarakat yang kondisi kritis dan harus dihijaukan.

Penanaman pohon yang dilakukan para pelajar dan mahasiswa itu dikemas dalam kegiatan Jambore Tanam 3. Karena penanaman pohon sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu.

Penanaman dilakukan dalam dua hari yakni pada Sabtu, 11 Desember 2021 dan Minggu, 12 Desember 2021. Tidak hanya menanam, mereka juga melakukan kegiatan kemah di lokasi tanam.

Baca Juga: Doa Belum Dikabulkan? Lakukan 2 Amalan Dahsyat Ini Kata Syekh Ali Jaber

Kegiatan penanaman pohon di kawasan hulu sungai Citanduy itu sebagai wujud komitmen kaum milenial dalam menjaga alam. Seluruh peserta yang andil bagian dalam kegiatan penanaman pelajar dan mahasiswa.

“Kami terus bina kaum muda agar mau bergerak dan terjun langsung memelihara lingkungan. Dan alhamdulillah jambore tanam sekarang ini yang ketiga. Sudan tiga tahu kami konsisten melakukan penanam di hulu Citanduy”, kata Ketua Panitia Jambore tanam 3, Tjitjih Kurniasih SP, Minggu, 12 Desember 2021.

Para peserta Jambore Tanam 3 diwajibkan menanam lima pohon buah-buahan di lahan kritis. Dan mereka juga diwajibkan untuk memelihara pohon yang di tanam tersebut sampai bener tumbuh dan besar.

“Peserta yang datang dan mau ikut jambore tanam ini mereka memiliki komitmen untuk memelihara pohon yang ditanam sampai tumbuh besar. Mereka wajib melihat pohonnya maksimal sebulan sekali, ” Kata Bunda Nia panggilan akrab Tjitjih Kurniasih.

Baca Juga: KETERANGAN DANU Sering Berubah-ubah di Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Subang, INI Gara-Garanya

Kenapa yang di tanam pohon buah-buahan, itu dilakukan agar masyarakat bisa memanfaatkan buahnya dan tidak menebang pohonnya.

Jenis buah-buahan yang ditanam merupakan keinginan masyarakat dan yang dianggap cocok ditanam di lokasi hulu Citanduy. Untuk jenis tanaman yang sudah ditanam di antaranya, manggis, durian, pala, pete, alpukat, dan juga mangga.

Tokoh pegiat lingkungan, Asep Hidayat mengatakan, jika saja semua warga Indonesia melakukan upaya pemeliharaan terhadap alam, banjir bandang seperti yang terjadi di Garut sepertinya tidak akan terjadi.

Upaya penyadaran akan pentingnya menjaga dan memelihara alam harus terus digelorakan kepada kaum milenial. Agar kelak mereka menjadi pejuang tangguh dalam memelihara alam.

Baca Juga: TERBONGKAR, WHATSAPP TERAKHIR AMEL DENGAN DICKY, Kasus Pembunuhan Subang, Bukti Ada Saksi Melihat Pelaku

"Semakin banyak gerakan masyarakat untuk menjaga dan memelihara alam, maka alam akan semakin lestari. Bencana alam bisa diminimalisir, " katanya.

Jambore Tanam ketiga yang digelar di hulu Citanduy mendapat respon baik dari Guru Besar Fakultas Geografi UGM sekaligus Inisator Srikandi Sungai Indonesia, Prof. Dr. Suratman, M.Sc.

Menurutnya, melalui pesan virtual, upaya penghijauan kawasan hulu sungai yang kritis mutlak harus dilakukan. Apa yang dilakukan komunitas di Tasikmalaya sangat luar biasa.

Dia menambahkan, apa yang dilakukan di Citanduy akan di sosialisaikan ke tingkat dunia bagaimana sebuah gerakan moral kaum milenial di Tasikmalaya mau melakukan penghijauan kawasan hulu sungai.

"Apa yang dilakukan di Tasikmalaya ini akan kami bawa ke tingkat dunia. Agar apa yang dilakukan komunitas di Tasikmalaya ini bisa juga dilakukan oleh masyarakat dunia," katanya.

Baca Juga: GAK NYANGKA! Keterangan Yoris Ini Terungkap Setelah 4 Bulan Kasus Pembunuhan Subang

Hulu Sungai Citanduy sendiri berada di Gunung Cakrabuana yang merupakan batas lima kabupaten di Jawa Barat.

Kawasan Cakrabuana sebisa mungkin harus di hijaukan dan dijadikan sebagai hutan lindung sebagai kompensasi dari pesatnya pembangunan Jawa Barat yang banyak merusak hutan.

Pembangunan jalan tol Gede Bage, Garut Tasikmalaya Cilacap saja akan merusak ratusan hektar lahan hutan. Harus ada upaya dari para pemangku kebijakan melakukan upaya penggantian lahan rusak oleh pembangunan di daerah lain di Jawa Barat.

Dan bisa saja kawasan Cakrabuana yang merupakan hulu Citanduy dijadikan lokasi pengganti hutan yang rusak akibat pembangunan di jawa Barat.

Sungai Citanduy sendiri melintasi lima Kabupaten kota di Jawa Barat dan menjadi simbol peradaban. Kondisinya harus diselamatkan agar aliran sungai bisa menjadi berkah bagi kehidupan manusia dan ekosistem air lainnya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah