TRAGIS DI BEKASI, Nenek Rodiah Dipolisikan 5 Anak Kandungnya Terkait Warisan, KANG DEDI MULYADI Pasang Badan

- 7 Desember 2021, 10:15 WIB
Kang Dedi Mulyadi saat bertemu dengan Nenek Rodiah yang dipolisikan oleh 5 orang anaknya di Bekasi
Kang Dedi Mulyadi saat bertemu dengan Nenek Rodiah yang dipolisikan oleh 5 orang anaknya di Bekasi /Dedi Mulyadi


DESKJABAR- Dedi Mulyadi anggota DPR RI siap untuk pasang badan untuk melindungi Nenek Rodiah (72) yang dilaporkan oleh lima anak kandung nya ke polisi dengan tuduhan penggelapan tanah warisan.

Dedi Mulyadi atau biasa disapa Kang Dedi Mulyadi menemui Rodiah di rumahnya yang terletak di Desa Sindangmulya, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi.

Nenek Rodiah yang sudah tidak bisa jalan sejak lima tahun lalu itu tinggal bersama anak keduanya M Saogi dan si bungsu Dian.

Baca Juga: LUAR BIASA JONATHAN CHRISTIE Si Anak Baik Membuka Donasi Untuk Bantu Korban Terdampak Erupsi Gunung Semeru

“Anak Emak (Rodiah) ada delapan. Yang pro ada tiga ya yang lima lainya mah ngezalimin,” ucap Rodiah sambil terduduk di lantai.

Ia menyebut anak pertama inisial S sejak awal ingin menguasai harta. Total ada sekitar 9.000 m2 tanah di empat lokasi yang ingin dikuasai. Sejatinya harta tersebut adalah hasil kerja keras Rodiah dan almarhum suaminya membuka usaha batu bata sejak muda.

Menurut Rodiah, tanpa diminta pun ia akan membagikan harta tersebut secara adil. Hanya saja S ingin menjual dan membagikan harta tersebut.

“Oleh Emak memang mau dijual nanti uangnya dibagikan mumpung masih hidup. Tapi itu tanah mau dijual oleh anak saya yang pertama, enggak mau oleh saya. Padahal kan saya masih hidup.

Harusnya kan setengah dijual karena saya masih ada, nanti kalau saya sudah tidak ada silakan dibagi lagi sisanya,” ucap Rodiah.

“Orang tua mah tidak perlu diminta nanti juga dikasih. Tapi kan ini usaha (tanah) kan dapat saya (usaha batu bata) bukan (milik) anak. Kalau yang bontot (bungsu) dapat lebih ya wajar karena dia yang ngurus, mandikan, nyebokin, nyuapin Emak,” jelas Rodiah melanjutkan.

Baca Juga: Pemeriksaan Danu Berlanjut Hari Ini, Simak Penjelasan Achmad Taufan, Kuasa Hukum Danu

Sementara itu Dian menjelaskan pelaporan bermula saat ayahnya meninggal dunia pada 9 Januar 2019 lalu. Tiga hari meninggal anak pertama mengambil secara paksa AJB tanah dari tangan ibunya. Bahkan di hari ketujuh ayahnya meninggal sang ibu dipaksa untuk tanda tangan berkas.

Beberapa waktu kemudian S dan keempat anak yang lain datang untuk merebut seluruh surat-surat berharga. Saat itu bahkan terjadi keributan mulai dari Magrib hingga Subuh yang ditengahi oleh Ketua RW setempat.

“Di situ mulai keluar bahasa kasar tidak pantas ke mamah. Setelah 40 hari (ayah meninggal) mamah dilaporkan ke polisi sampai BPN. Dilaporkan dituduh menggelapkan semua surat tanah. Padahal kan itu masih hak mamah. Yang melaporkan itu anak pertama, ketiga, keempat, keenam sama ketujuh,” ujar Dian.

Terbaru, kata Dian, polisi sempat melakukan mediasi. Pihak S tidak mau datang ke rumah Rodiah. “Akhirnya saya sama mamah yang waras ngalah. Mamah digendong ke Polsek Cibarusah. Tapi kit ke sana, S sudah pulang,” katanya.

Saat ini Dian dan ibunya masih merasa ketakutan dan trauma sebab rumah yang ditinggalinya sering diteror dan dilempari batu. Bahkan Sonya pernah datang menyumpahi sang ibu untuk segera mati.

Mendengar itu Kang Dedi Mulyadi pun tak kuasa menahan haru dan air mata. Ia menilai seharusnya di keluarga anak paling besar bisa menghadirkan rasa nyaman, tentram dan adil. Terlebih saat ini orang tua masih ada dan seharusnya dimuliakan.

Ia tak habis pikir mengapa anak tega melaporkan orang tuanya hanya karena harta. Namun ia memastikan hal seperti ini tidak akan diproses oleh kepolisian seperti sejumlah perkara orang tua dilaporkan oleh anak yang pernah Dedi tangani seperti di Bandung, Demak dan Semarang.

“Seharusnya ini kan semuanya duduk bersama. Kalau bicara waris ini kan ibu masih ada, dan soal waris itu sudah ada aturannya,” ucap Dedi.

Dedi pun mengungkapkan alasan dirinya selalu perhatian pada sosok ibu.

Baca Juga: DIPERIKSA Secara Maraton Kasus Pembunuhan Subang, Danu Sakit? Hari Ini Kabarnya Akan Jalani Tes Kesehatan

“Saya ini sangat perhatian kepada ibu karena saya anak kesembilan, hidup saya susah sama ibu saya, giliran saya punya uang punya jabatan ibu saya meninggal. Jadi apa yang dimiliki tidak arti karena tidak ada yang bisa dibahagiakan,” tuturnya.

Di akhir obrolan Dedi meminta Rodiah untuk tidak bingung dan takut. Sebab ia akan membantu segala hal yang dialami Rodiah.

“Seorang Ibu mah harus dijaga kehormatannya, martabatnya, kewibawaanya dan dijaga hatinya tidak boleh pusing menghadapi berbagai hal. Kalau ada apa-apa nanti tinggal telepon saya, ini bentuk pengabdian saya pada seorang ibu. Tidak usah pikir apa-apa, kalau butuh pengacara saya siapkan,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x