Kata Ato semua harus sepakat kalau para pelaku di video tiktok asusila yang heboh di Tasikmalaya adalah korban dan harus dipulihkan psikologisnya.
"Kita semua sepakat bahwa pelaku di video tiktok itu adalah korban dan harus kita bantu . KPAID akan melakukan terapi agar psikologis anak kembali pulih, " kata Ato Rinanto.
Pelaku video tiktok asusila yang masih mengenakan seragam sekolah dan masih di bawah umur adalah korban yang harus diselamatkan.
Baca Juga: UPDATE Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana: Mohon Doa Restunya
Pelaku jadi korban dari kemajuan teknologi yang kian pesat dan tidak bersekat. Secara psikologis pelaku video tiktok asusila di Tasikmalaya dalam situasi labil dan masih butuh arahan yang baik.
Pelaku video tiktok asusila heboh di Tasikmalaya itu merasa malu dengan siswa lain di sekolahnya. Meskipun pihak sekolah masih akan menerima siswa di sekolah. Namun anak pelaku video tiktok asusila heboh di Tasikmalaya akan pindah ke sekolah lain.
Ato mengakui akan melakukan terapis kepada siswa pelaku video tiktok asusila heboh di Tasikmalaya untuk memulihkan psikologis nya. Dan jadwal terapis dilakukan pada hari Sabtu.
Kata Ato anak anak membuat video tiktok asusila heboh di Tasikmalaya itu bermula dari iseng. Mereka sama sekali tidak menyangka jika video tiktok yang mereka buat akan viral.
"Motif nya sebetulnya hanya iseng saja. Dan mereka juga sama sekali tidak menyangka akan seheboh sekarang ini," kata, Ato Ronanto.
Anak-anak sama sekali tidak berpikir panjang dan bijak dalam memanfaat hape dan teknologi. Itu sebagai dampak dari pola asuh anak yang salah. Anak tidak diajarkan dampak negatif penggunaan hape dan media sosial.