DESKJABAR - Dari sekian banyak taman baca di Kota Bandung, tersisa 13 tempat yang masih aktif. Setelah disurvei Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Bandung, banyak yang tidak meneruskan.
"Asalnya lebih dari itu, tapi itu yang masih eksis. Beberapa taman bacaan bangkrut karena harus menyewa tempat," kata Kepala Dispusip Kota Bandung, A. Maryun dalam Diskusi Kerjasama Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di ruang rapat Kantor Wakil Wali Kota, Balai Kota Bandung, Kamis 1 April 2021.
Meski demikian, ia menyatakan, Dispusip Kota Bandung terus membudayakan literasi di masyarakat. Caranya, dengan bekerja sama bersama berbagai mitra. Bahkan dalam Perda diatur tentang gerakan memasyarakatkan minat baca.
Baca Juga: Pendidikan Jarak Jauh Berdampak Buruk Jika Diteruskan, Simak Prioritas Utama Kemendikbud
Menurut dia, pokja literasi Kota Bandung pun senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan secara digital. Walaupun pandemi, kegiatan melalui zoom meeting, e-learning, dongeng tetap berjalan dengan harapan bisa meningkatkan literasi di Kota Bandung.
"Mudah-mudahan ini bisa mendorong masyarakat untuk berliterasi. Kita pun memfokuskan untuk membina sejak dini, jadi kita membeli buku anak-anak agar bisa membiasakan mereka membaca sejak kecil," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Kepala Humas, Penerbitan, dan Kerjasama Kantor Perpustakaan Nasional, Dodi Pribadi mengatakan, Perpustakaan Nasional RI ingin menjadikan Kota Bandung sebagai percontohan peningkatan indeks literasi masyarakat bagi kabupaten/kota lain di Indonesia.
"Karena potensinya banyak dari sisi literasi. Ada taman bacaannya, perpustakaan, seperti Taman Bacaan Hendra yang sudah berdiri sejak lama," ujar Dodi Pribadi.