Asep yang mempunyai tiga anak ini menjelaskan alasan lain ia membangun Taman Bahagia Indonesia, yaitu ingin membantu meningkatkan indeks kebahagiaan Indonesia. Soalnya, indeks kebahagiaan Indonesia dari tahun ke tahun jauh berada di urutan 75, 88, 92, dan bahkan 94.
"Nah karena ingin mengangkat tentang kebahagiaan, maka perlu dibuat sebagai tanda saja. Supaya saya nggak lupa akan misi itu, dibuatlah Taman Indonesia Bahagia ini, gitu," ujarnya.
Asep yang juga tergabung dalam Paguyuban Asep Dunia itu menjelaskan bahwa tempat tersebut sering dipakai anak-anak untuk beraktivitas, bermain, hingga tempat warga bersosialisasi.
"Mereka bisa berkunjung ke sini. Di belakang sana kadang dijadikan tempat makan bersama. Anak bermain di situ, tempat belajar juga. Selain itu, mahasiswa-mahasiswa kalau ada pembinaan-pembinaan di kampusnya sering ke sini. Kadang kala tiga hari di sini. Kadang kala jadi tempat untuk focus group discussion," tuturnya.
Namun, selama pandemi Covid-19, tempat yang dulunya ramai itu kini pengunjungnya mulai berkurang. Bahkan, pengunjung yang datang pun dibatasi.
"Setelah adanya Covid-19 semakin sedikit. Kami tetap terapkan protokol kesehatan tidak boleh lebih dari 50 orang, harus jaga kapasitasnya. Dari beberapa organisasi ada pembinaan selama tiga hari. Boleh di sini tapi dengan syarat jaga jarak dan izin dulu ke RT, RW, sama lurah. Kalau sama aparat sudah dibolehkan ya silahkan," tuturnya.
Lulusan S-1 Institut Teknologi Tekstil ini menjelaskan jika ia membangun Taman Bahagia Indonesia ini dengan uangnya sendiri. Ia menerapkan gaya hidup sederhana sehingga bisa menyisihkan uang untuk membangun tempat itu.
Baca Juga: Polemik Jasa Angkut Jenazah di TPU Cikadut, Para Pemikul Akhirnya Bernapas Lega, Ini Alasannya
Baca Juga: Agar Tetap Aman Selama Gempa Bumi, Catat Penjelasan Pakar dari LIPI