Sate Jebred, Jajanan Khas Stasiun Kereta Api Cicalengka Bandung

- 28 November 2020, 16:58 WIB
Sate jebred di depan Stasiun Kereta Api Cicalengka
Sate jebred di depan Stasiun Kereta Api Cicalengka /Kodar Solihat/DeskJabar

Baca Juga: Mie Bakso ‘Dingdiling’ Kawasan GOR Saparua Bandung, Peninggalan 1980-an yang Diburu

Sate jebred
Sate jebred Kodar Solihat

Penjualan

Menurut Eni, produksi sate jebred sebenarnya cukup lama waktunya rata-rata 12-14 jam, mulai membersihkan, merebus, mengerat-ngerat, menusukkan, membumbui, merebus kembali, sampai dijual lagi.

Rata-rata sate jebred mulai diambil para pengasong saat dini hari dan siang hari, dan umumnya habis terjual sore hari, yang belum terjual bisa disimpan dengan direbus lagi sampai dijajakan lagi esok harinya.

Soal pasokan tusuk sate, katanya, juga ber­asal dari warga Kampung Balong sendiri, karena pasokan rumbun bambu masih cukup banyak. Usaha membuat sate jebred dan membuat tusuk sate pun tak mengenal waktu, namun bagi warga yang menggeluti usaha pertanian menjadi tambahan usaha sehari-hari sambil menunggu panen padi.

Baca Juga: Pasar Jagung Bakal Meninggi, Peluang Usaha Pertanian Tahun 2023

Disebutkan, usaha memproduksi sate jebred memang lumayan baik hasilnya, misalnya jika modal usaha Rp 175.000/hari, dapat diperoleh laba sampai Rp 300.000/hari jika dijual langsung.

Karena para pembuat sate jebred pun lebih suka berbagi usaha dengan mereka yang menjadi pedagang pengasong, laba pun tak sebesar itu. “Ya etang-etang sa­ling masihan usaha ka anu sanes (hitung-hitung memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain),” ujarnya.

Warga yang tinggal di sekitar Stasiun Cicalengka, Enus (62) dan mengaku pernah menjadi pedagang pengasong selama 20 tahun sekitar di stasiun, mengatakan,  di antara para pedagang pengasong sate jebred, tak sedikit  merupakan usaha turun temurun.

Halaman:

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah