TANPA Gembar Gembor, di Waduk Cirata Ada Megaproyek Terbesar di Asia Tenggara yang Segera Diresmikan

14 September 2023, 06:15 WIB
Tanpa gembar gembor ada megaproyek di Waduk Cirata yang merupakan terbesar di Asia Tenggara, akan diresmikan akhir Oktober 2023 /listrikindonesia.com/

DESKJABAR – Tanpa gembar-gembor seperti megaproyek lainnya, seperti halnya Kerata Cepat Jakarta Bandung, Tol Cisumdawu dan proyek infrastruktur lainnya, ternyata di Waduk Cirata Purwakarta, ada megaproyek prestisius  Bahkan proyek ini diklaim sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.

Menurut rencana megaproyek terbesar di Asia Tenggara itu dibangun di Waduk Cirata tersebut, dan menurut rencana akan diresmikan pada akhir Oktober 2023. Proyek yang menelan biaya investasi senilai Rp 1,7 triliun itu merupakan hasil kolaborasi antara Indonesia dengan uni Emirat Arab. Nantinya PT PLN Nusantara Power dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar akan menjadi operatornya.

Yang menarik dari megaproyek ini adalah sebuah pemanfaatan sumber energi terbarukan di luara energi fosil, dan dibangun terapung di Waduk Cirata Purwakarta. Meski demikian, megaproyek ini bukanlah proyek baru. Di dunia, proyek ini sudah banyak dibangun, terutama di China terdapat proyek serupa dan terbesar di dunia.

Di Indonesia sendiri, megaproyek di Waduk Cirata bukanlah yang pertama, baru-baru ini proyek serupa juga dibangun di kawasan Tambak Lorok di kota pesisir Semarang, dengan kapasitas mencapai 1,4 juta kWh. PLN mengklaim instalasi tersebut merupakan panel surya terapung terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Proyek di Semarang tersebut merupakan bagian dari proyek PV berkapasitas 920 kW yang sedang dibangun di lokasi Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap, yang dioperasikan oleh Unit Pembangkit Listrik PLN IP Semarang.

Proyek ini dibangun oleh PLN IP dan anak perusahaannya PT Indo Energi Hijau, pembangkit listrik PV terapung ini dibangun selama delapan bulan di atas kolam seluas 1 hektar. Perusahaan mengklaim pembangkit tersebut akan menghasilkan 1,4 juta kWh per tahun, membantu mengurangi emisi gas CO2 hingga 1.304 ton.

Kehadiran proyek di Semarang dan di Waduk Cirata ini menandai semakin majunya langkah Indonesia untuk menggali sumber energi tebarukan lainnya di luar energi yang bersumber dari fosil.

PLTS Terapung Cirata merupakan hasil kolaborasi Indonesia dengan Uni Emirat Arab

Profil Megaproyek Terapung Waduk Cirata

Mengutip dari berbagai sumber dan keterangan resmi yang dikeluarkan PT PLN pada Sabtu, 9 September 2023, megaproyek ini pembangunannya hampir selesai, dan direncanakan akan mulai beroperasi pada akhir Oktober 2023.

Megaproyek yang dimaksud adalah PLTS terapung dan diberi nama PLTS Terapung Cirata. Megaproyek ini dibangun di atas waduk seluas 200 hektar yang menjadikannya sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara, yang menghabiskan investasi mencapai Rp 1,7 triliun.

PLTS Terapung Cirata ini nantinya akan dioperasikan oleh  Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi atau PMSE, yang merupakan  kolaborasi antara subholding PLN Nusantara Power dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar.

PLTS Terapung Cirata dibangun terbentang di area seluas 200 hektare yang dibagi kedalam 13 blok dengan lebih dari 340.000 solar panel.

Nantinya PLTS Terapung Cirata akan mampu memproduksi 245 juta kWh energi bersih per tahun dan mampu melistriki setara lebih dari 50.000 rumah, serta akan menekan emisi karbon lebih dari 200.000 ton per tahun Proyek ini disebut mampu menyerap lebih dari 1.400 tenaga kerja lokal.

Adapun pendanaan pembangunan PLTS Terapung Cirata ini berasal dari sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standar Chatered dengan nilai sekitar 140 juta dolar AS.

Baru Kapasitas 25 Persen

Sementara dalam keterangan resmi yang dileluarkan PT PLN pada Sabtu 9 September 2023, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Darmawan Prasodjo mengemukakan bahwa PLTS terapung itu bakal mengalirkan listrik sekitar 245 juta kWh setiap tahunnya.

Adapun, tarif listrik yang dipatok dari pembangkit surya ini cukup kompetitif dengan harga 5,8 sen dolar AS per kilowatt hour (kWh).

“PLTS terapung ini baru menggunakan sekitar 25 persen kapasitas, artinya kita masih bisa tambah sampai 1 gigawatt,” kata Darmawan.

Darmawan menambahkan, saat ini PLN tengah melakukan sejumlah uji coba untuk memastikan listrik yang tersalur dari PLTS berkapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp tersebut dapat terdistribusi dengan baik.

“Saat ini kami sedang melakukan berbagai uji coba dan memastikan listrik dari PLTS ini bisa terdistribusi dengan baik. Kami optimistis akhir Oktober 2023, PLTS ini bisa diresmikan,” ujarnya.

PLTS terapung bukanlah proyek baru secara global. Bahkan menurut catatan, China tercatat memiliki 3 PLTS terapung terbesar di dunia yakni Dezhou Dingzhuang Floating Solar Farm, China  (320 MW), disusul Three Gorges New Energy Floating Solar Farm, China  (150 MW), serta CECEP Floating Solar Farm, China (70 MW).***

Ingin mengetahui berita pembangunan infrastruktur lainnya, pantau di Google News Desk Jabar. KLIK DI SINI

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: PLN ebtke.esdm.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler