Di Garut, Pernah Banyak Orang Makan Sepatu Ketika Zaman Kelaparan dan Krisis Ekonomi

3 Januari 2023, 10:07 WIB
Suasana Garut pada masa kini, pada zaman dahulu pernah terjadi kelaparan di Garut tahun 1954. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Pulau Jawa masih dikenal sebagai penghasil padi dan beras sebagai pangan utama di Indonesia.

Tetapi pada suatu masa, di Pulau Jawa pernah mengalami tahun-tahun bencana kelaparan, yang menyebabkan banyak orang tewas.

Ada catatan sejarah tahun 1950-an, di Pulau Jawa terjadi kelaparan parah dalam kondisi musim paceklik karena bencana kekeringan panjang dan banjir besar, serta kondisi ekonomi parah akibat situasi politik ketika itu. 

Baca Juga: Di Bandung, Harga Beras Naik, Pemerintah Agar Segera Operasi Pasar Awal 2023

Catatan sejarah kelaparan di Garut

Di Garut, Jawa Barat, pernah ada sejarah masa banyak orang makan sepatu, karena kelaparan pada zaman krisis ekonomi dahulu.

Catatan sejarah terjadinya kelaparan di Garut, diantaranya diberitakan suratkabar Algemeen Dagblad terbitan 26 Mei 1954, yang arsipnya tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Belanda.

Pada berita berjudul “Kelaparan di Garut”, diberitakan terjadi kelaparan di Garut. Kondisi kelaparan di Garut ketika itu menyebabkan munculnya busung lapar, yang menyebabkan sembilan orang meninggal dunia, dan 29 orang harus dirawat.

Berita terjadinya kelaparan di Garut tahun 1954. suratkabar Algemeen Dagblad terbitan 26 Mei 1954./Koninklijke Bibliotheek Belanda

Ada cerita dibalik terjadinya kelaparan di Garut pada tahun 1954 itu, yang diwarnai cerita pernah banyak orang makan sepatu.

Cerita tersebut, terjadi ketika zaman krisis ekonomi dan kelaparan parah di Pulau Jawa tahun 1950-an. Kondisi terparah dialami di Jawa Tengah, serta di Jawa Barat di Indramayu.

Baca Juga: Di Kadipaten Majalengka, Pernah Ada Lapangan Terbang Tua, dan Lokasi Dahulu

Beberapa tokoh produksi kerupuk kulit dan dorodok di Sukaregang, Garut, kepada DeskJabar sekitar tahun 2005 lalu, mengenang ketika tahun 1950-an (mungkin yang dimaksud tahun 1954).

Dalam situasi tersebut, kenang mereka, orang-orang menjadi berupaya apa pun bisa dimakan, selama tidak beracun. Pencurian tanaman umbi-umbian milik warga menjadi sangat biasa terjadi, karena dicuri untuk makan.

Terinspirasi pembuatan kerupuk kulit dan dorokdok

Salah seorang perajin senior kerajinan kerupuk kulit di Sukaregang, Garut menyebutkan, dalam kondisi kelaparan parah dan tidak ada uang, tampak cukup banyak orang menyayat-nyatat sepatu kulit milik mereka.

Hasil sayatan kulit dari sepatu itu, kemudian dijemur sampai kering lalu dibuat kerupuk kulit dan dorokdok.

Baca Juga: Udang Sungai Asal Kadipaten, Majalengka Terkenal Lezat, Diburu Pecinta Wisata Kuliner

Tetapi tidak disebutkan, dengan cara apa hasil sayatan sepatu itu dijadikan makanan, apakah hanya disangrai. Sebab tidak ada uang untuk beli minyak goreng, yang ketika itu umumnya dari minyak kelapa.

Mengapa orang-orang kelaparan itu melakukan hal demikian, karena mereka terinsiprasi dengan memperhatikan cara pembuatan kerupuk kulit dan dorokdok, yaitu dengan menyayat kulit daging kerbau atau kini sapi.

Di Sukaregang pada tahun 1950-an, masih sebagai sentra kerajinan barang kulit di Garut, misalnya sepatu, jaket, dan tas.

Baca Juga: Tanjungsari, Sumedang Pernah Menjadi Sentra Pohon Jengkol, Pertanian Jawa Barat

Beberapa tokoh perajin produksi sepatu, tas, dan jaket kulit di Sukaregang, mengenang ketika itu bahan-bahan kulit masih menggunakan kulit kerbau asli, dan tidak menggunakan bahan kimia.

Nah, kalau zaman sekarang, mungkin orang akan kebingungan jika mendengar kisah pernah ada orang-orang makan sepatu karena kelaparan.

Yang bakal menjadi pertanyaan, jika dikaitkan pada masa kini, bahan-bahan sepatu sudah berkembang, misalnya dari bahan kain dan kulit yang sudah menggunakan bahan-bahan kimia.***

 

 

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Tags

Terkini

Terpopuler