Tanjungsari, Sumedang Pernah Menjadi Sentra Pohon Jengkol, Pertanian Jawa Barat

2 Januari 2023, 11:22 WIB
Komoditas jengkol, Kecamatan Tanjungsari Sumedang, Jawa Barat pernah menjadi sentra jengkol. /Twitter Kementerian Pertanian RI @kementan

DESKJABAR – Buah jengkol termasuk komoditas yang laku di pasaran, tetapi belakangan ini harganya suka naik tajam pada waktu-waktu tertentu.

Kabar kenaikan harga jengkol yang fantastis, dikabarkan membuat konsumen penyuka makanan itu menjadi pusing, apalagi yang usaha menjual masakan.

Provinsi Jawa Barat pernah dikenal sebagai penghasil jengkol yang banyak, diantaranya di Kabupaten Sumedang.

Baca Juga: Perkebunan Teh Rakyat di Tasikmalaya Direhabilitasi Tahun 2023

Di Tanjungsari Sumedang pernah banyak pohon jengkol

Adalah Kecamatan Tanjungsari, Sumedang pernah menjadi penghasil jengkol, sebagai pohon pertanian merakyat di Jawa Barat.

Sejumlah warga di Tanjungsari dan Pamulihan (pemekaran Tanjungsari), Senin, 2 Januari 2023, senada menyebutkan, sangat banyak pohon jengkol ditebangi untuk bahan bakar sekitar 15 tahun lalu.

Ketika itu, diketahui pemerintah menghapus subsidi minyak tanah agar masyarakat beralih menggunakan elpiji.

Ada catatan DeskJabar yang mengingat, ketika tahun 1989-1996, di Tanjungsari umum terdapat pohon-pohon jengkol pada banyak tempat di perdesaan.

Baca Juga: Di Waduk Jatigede Sumedang, Ada Pulau Kuburan, Satu Keluarga Menetap Buka Warung

Masyarakat senior di Tanjungsari mengingat, sampai tahun 2008, pada banyak tempat daerah itu masih banyak pohon jengkol.

Ketika itu, pohon-pohon jengkol ada di kebun dan pekarangan rumah warga, sebagai pemandangan keseharian.

Tetapi, jumlah populasi pohon jengkol di Tanjungsari walau jumlahnya bannyak, tetapi umumnya sporadis ditanam.

Hanya saja, karena harga jualnya pada tahun-tahun lalu biasa-biasa saja di pasar, maka pohon jengkol pun tidak dianggap sumber perekonomian masyarakat Tanjungsari.

Warga Desa Ciptasari, Ayi dan Wawa, senada mengatakan, pohon-pohon jengkol menjadi ditebangi, ketika banyak warga beralih menggunakan bahan bakar kayu bakar sekitar tahun 2006.

Baca Juga: Teh Jangkung Malabar, Pilihan Wisata Alam Spot Sunrise di Pangalengan, Pesona Perkebunan di Bandung

Korban pengalihan ke elpiji

Penyebabnya ketika itu, pemerintah Indonesia menghapuskan subsidi BBM minyak tanah, untuk mendorong orang-orang beralih menggunakan gas elpiji.

“Segala rupa pohon ditebangi, termasuk jengkol, digunakan sebagai kayu bakar. Sebab, masyarakat panik karena harga minyak tanah menjadi mahal,” kenang Ayi dan Wawa.

Akibat kondisi tersebut, kata mereka, pada sejumlah tempat di Tanjungsari, menjadi cukup panas akibat pohon-pohon kayu-kayuan, termasuk jengkol sudah tidak ada karena ditebangi.

Ironisnya, kata Ayi, bahwa setelah penggunaan gas elpiji kini menjadi kebutuhan umum oleh masyarakat, Pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2022 malah mempersoalkan lagi urusan subsidi gas elpiji.

Informasi dari Kementerian Pertanian menyebutkan, bahwa budidaya pohon jengkol kembali dikembangkan. Tetapi sedang dilakukan di Provinsi Banten pada lahan Perum Perhutani. ***

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler