Innalillahi! KH Tajudin Subki, Rois Syuriah PCNU Bandung Meninggal, Berselang 4 Hari Setelah Istrinya Wafat

24 Januari 2021, 11:39 WIB
KH. Tajudin Subki, meninggal dunia pada Sabtu 23 Januari 2021 dan dimakamkan pada hari Minggu 24 Januari 2021 /yedi supriadi

 


DESKJABAR- Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, kabar duka dari keluarga besar Nahdlatul Ulama Kota Bandung. Telah meninggal dunia Rais Syuriah PCNU Kota Bandung KH. Tajudin Subki bin KH Ismail pada hari Sabtu 23 Januari 2021 sekitar pukul 18.30 WIB.

Jenazah almarhum KH. Tajudin Subki atau bisa dipanggil Pangersa Aah dimakamkan pada Minggu 24 Januari 2021 sekitar pukul 09.00 WIB ditempat pemakaman keluarga yang berada di komplek Pondok Pesantren Khozanaturrohman Jl. Cibolerang Kota Bandung.

Kepergian KH. Tajudin Subki terpaut empat hari dengan istrinya Hj Nyi Mas Ummi Fatimah yang wafat pada 19 januari 2021.

Baca Juga: Ternyata, Desa Bisa Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Industri Baru, Ini Alasannya

Sudah sejak sebulan terakhir ini, KH Tajuddin Subki yang di masyarakat biasa dipanggil Pangersa Aah, dan isterinya terbaring di tempat tidur. Keduanya tidak pernah melakukan swab.

Setelah Ummi meninggal, Pangersa Aah melakukan tes swab. Hasilnya reaktif. Namun Pangersa Aah melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya, komplek Pesantren Khozanaturrohman Jl. Cibolerang Kota Bandung.

Sambil aktif di NU, Aah juga terus mengasuh ratusan santri di Pesantren Khozanaturrohman yang dipimpinnya. Penguasaan dan keluasan ilmu agama dan spesialisasinya Ilmu Falaq (astronomi) menjadikan Aah diamanahi memimpin Syuriah NU 10 tahun terakhir ini.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Bupati Sumedang Tempat Relokasi Warga Terdampak Longsor Cimanggung

Aah juga sempat menjadi salah satu pengurus di MUI Kota Bandung yang diketuai Prof. DR KH Miftah Faridl.

Banyak santri asuhan Aah yang kini dipercaya masyarakat dengan sebutan kiyai. Alumni Khozanaturrohman ini bertebaran di berbagai daerah dan mempimpin pondok pesantren di tempat asal mereka. Ada yang di Sumedang, Garut, Tasik, Ciamis, Subang, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Bahkan ada yang di Lampung dan Jambi.

Selain mengasuh santri santrinya, Aah juga membagikan ilmu agama baik kepada masyarakat sekitar dan di tempat tempat lainnya, termasuk membimbing kaum ibu di majelis taklim Al Maemuniyah Komplek Cibolerang Bandung. Pengajian tiap Jumat di MT Almaemuniyah diadakan sejak tahun 1988. MT Almaemuniyah didirikan Hj Siti Maemunah dan kini dipimpin Hj Sukriyah Djoko.

Baca Juga: Wakil Bupati Pangandaran, Istri dan Beberapa Keluarganya Positif Covid-19

Sejak tersiarnya berita wafatnya Aah, ratusan pelayat datang silih berganti. Pelayat berdatangan sepanjang malam hingga saat pemakaman.

Pelayat terdiri atas para kiyai dan tokoh agama dan masyarakat, para santri, serta masyarakat lainnya. Namun sayang, banyak di antara pelayat yang tidak memperhatikan protokol kesehatan. Tidak bermasker dan berkerumun.

Di antara puluhan karangan bunga, terdapat kiriman dari Walikota Bandung, Oded Danial serta Ketua DPRD Kota Bandung, Teddy Rusmawan.

Baca Juga: Wakil Bupati Pangandaran, Istri dan Beberapa Keluarganya Positif Covid-19

Jenazah Aah dimakamkan Minggu 24 Januari 2021 sekira jam 09.00 WIB berdampingan dengan makam isterinya, di pemakaman keluarga yang ada di komplek Pondok Pesantren Khozanaturrohman.

Sementara itu, Sekretaris PCNU Kota Bandung, H Wahyul Afif Al-Ghafiqi mengatakan KH Tajudin Subki adalah ulama yang dikenal sebagai tempat bertanya dan rujukan ilmu bagi warga NU Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung.

"Beliau fokus mengajar berbagai kitab kuning baik di pesantren beliau yakni Pesantren Khozanaturrohmah Pangkalan Cibolerang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung maupun di pengajian Majelis Ta'lim Sabtuan di Kantor PCNU Kota Bandung. Santri beliau kebanyakan adalah para kiai dan ustadz di seputar Bandung," kata H Wahyul.

Baca Juga: Febri Diansyah : KPK akan 'Diserang' karena Ungkap Kasus Besar, Penyidik Senior Novel Baswedan Sasarannya

KH Tajudin Subki, lanjut dia, biasa dipanggil dengan sebutan 'Pangersa Aah' juga seorang yang sangat alim dan ketat dalam berfikih, serta ahli ibadah. Setiap kali ada yang bertanya tentang berbagai masalah, maka beliau akan ber-istikharah dan membukakan kitab kuning sebagai rujukan pendapatnya untuk menjawab masalah yang ditanyakan kepadanya.

Selain itu, KH Tajudin Subki dikenal sangat dekat dengan berbagai kalangan baik dari para pejabat hingga santri dan para aktivis NU. Sepanjang mengenal almarhum, Kiai Tajudin sangat berhat-hati dalam bersikap dalam kesehariannya.

"Tak terhitung banyaknya kebaikan beliau dalam memperjuangkan NU, dan doa beliau dikenal ampuh. Saya kalau mau ada acara minta doa kepada beliau agar lancar dan supaya tidak hujan saat acara. Dan, ajaib setelah beliau menulis kalimah doa di kertas lalu disuruh mengikat di pohon atau tempat yang tinggi maka biidznillah acara aman, lancar, dan tidak hujan," ujar H Wahyul mengisahkan, seperti dikutip DeskJabar dari Nu.or.id.

Baca Juga: Sevilla vs Cadiz, Penyerang Maroko Youssef En-Nesyri Memborong Tiga Gol

Pernah satu ketika, ada juga kiai sedang memperluas pesantrennya, tetapi terkendala lahan yang sempit. "Setelah minta didoakan oleh KH Tajudin Subki biidznillah diberikan kemudahan," ujar H Wahyul. Kepergian KH Tajudin Subki berselang dua hari setelah wafatnya sang istri Hj Imas binti Oba Sobarna. Almarhum meninggalkan tujuh orang anak.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Berbagai Sumber nu.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler