Ia bahkan membagikan serbuk itu kepada mereka sehingga serbuk tersebut, yang kemudian diketahui sebagai sesium klorida, tersebar ke berbagai tempat di Goiânia. Begitu juga radiasinya.
Dalam laporan 'The Radiological Accident in Goiânia', International Atomic Energy Agency atau Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyebutkan bahwa otoritas setempat segera mengerahkan polisi, pemadam kebakaran dan pasukan civil defense setempat setelah diketahui adanya penyebaran radiasi.
Stadion olimpik setempat pun digunakan sebagai tempat pengecekan radiasi terhadap masyarakat yang berada di tempat debu-debu sesium klorida itu tersebar.
Comissão Nacional de Energia Nuclear (CNEN), badan nuklir Brasil, kemudian mengadakan upaya untuk merawat korban serta melakukan dekontaminasi lebih lanjut.
Upaya dekontaminasi tersebut termasuk menghancurkan 7 rumah yang tidak bisa dilakukan dekontaminasi.
Dalam laporan tersebut, IAEA menegaskan bahwa kecelakaan radiologi adalah suatu kejadian yang jarang terjadi.
Mengingat banyaknya sumber radioaktif yang digunakan di seluruh dunia dalam bidang medis, pertanian, dan aplikasi industri, IAEA menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut menjadi saksi efektivitas peraturan dan tindakan keselamatan yang berlaku.
Namun, IAEA juga menyatakan bahwa fakta kecelakaan jarang terjadi seharusnya tidak menjadi alasan untuk melonggarkan pengawasan.
Kecelakaan radiologi tidak boleh dianggap sebagai fenomena yang bisa diterima, apalagi kejadian yang mengancam kontaminasi secara luas pasti akan mengkhawatirkan publik yang belum bisa menerima semua hal terkait radioaktif.