DESKJABAR - Selain gerakan melakukan diet, mulai terdengar pula gerakan food freedom alias kebebasan untuk makan pangan apa saja, yang justru menjadi kebalikan dari diet.
Gerakan food freedom mengacu kepada upaya untuk meninggalkan kebiasaan diet dan diet ketat yang membahayakan kesehatan tubuh.
Healthline, dalam artikelnya “Finding Food Freedom: Ditching Diet Culture and Learning to Trust Your Body’s Cues” menjelaskan lebih lanjut maksud dari gerakan food freedom tersebut.
Berbeda dengan diet, gerakan food freedom justru menganjurkan pengikutnya untuk membiarkan tubuh menikmati makanan dalam porsi yang memadai, tentunya dengan tetap memerhatikan faktor kesehatan seperti alergi dan lain-lain.
Dalam penerapan kebebasan pangan, para praktisi melihat makanan lebih dari sekadar bahan bakar bagi tubuh manusia.
Praktisi food freedom berusaha membangun hubungan positif dan terbebas dari penilaian dari masyarakat sekitar dengan semua makanan, sehingga rasa bersalah tidak dianggap sebagai pertimbangan dalam pengalaman mengonsumsi sesuatu.
Pandangan tentang kebebasan pangan ini mencakup makan sesuai intuisi dan makan dengan penuh perhatian, dua filosofi yang menumbuhkan kepercayaan diri dalam memilih makanan dan menolak pembatasan yang tidak perlu.
Makan secara intuitif dan makan penuh perhatian sering digunakan untuk mendukung pemulihan dari gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.