Perang Rusia Ukraina, Roket Rusia Menghantam Kyiv Menandai Kunjungan Sekjen PBB di Ukraina

29 April 2022, 14:51 WIB
Ilustrasi perang Rusia vs Ukraina /Pixabay/Skitterphoto/

DESKJABAR – Pada Perang Rusia Ukraina, dilaporkan selama kunjungan Sekjen PBB ke Ukraina diwarnai dengan serangan dua rudal Rusia menghantam Kota Kyiv, kata pejabat Ukraina.

Entah apa maksud serangan dua rudal tersebut pada perang Rusia Ukraina, padahal Rusia sempat menarik pasukannya dari luar Kyiv bulan lalu.

Penarikan pasukan dari perang Rusia Ukraina, setelah Rusia gagal merebut ibu kota saat melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Donbas timur Ukraina.

Saat itu, Sekjn PBB, Antonio Guterres menyelesaikan pembicaraan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Ketika mereka selesai menyoroti kerentanan perang Rusia Ukraina di Kyiv tiba-tiba terdengar ledakan, Kamis.

Zelensky mengatakan, ledakan itu membuktikan bahwa kita tidak boleh mengabaikan kewaspadaan. "Kita tidak boleh berpikir bahwa perang telah berakhir," katanya.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina, Biden Meminta Persetujuan Kongres Menyumbang Dana Perang $46 Miliar ke Ukraina

Roket-roket itu mengguncang distrik Shevchenko di tengah kota itu, dan satu roket lagi menghantam lantai bawah sebuah bangunan tempat tinggal 25 lantai, serta melukai sedikitnya 10 orang, kata para pejabat Ukraina.

Seperti dilansir DeskJabar.com dari laman straitstimes.com, saksi Reuters mendengar dua ledakan, tetapi penyebabnya tidak dapat diverifikasi secara independen. Tidak ada komentar Rusia tentang ledakan itu.

Pasukan Rusia sekarang terpusat di timur, di mana separatis yang didukung Moskow telah menguasai wilayah sejak 2014, dan memegang petak selatan yang mereka rebut pada bulan Maret.

Staf umum Ukraina mengatakan Rusia meningkatkan serangan militernya di Donbas.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina, Putin Ultimatum Negara Barat 'Tunggu Pembalasanku'

"Musuh meningkatkan kecepatan operasi ofensif. Penjajah Rusia mengerahkan tembakan hebat ke hampir semua arah," katanya.

Serangan Moskow di timur menarik janji baru AS untuk bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina pada hari Kamis.

Guna mengindahkan permintaan berulang-ulang Ukraina untuk persenjataan yang lebih berat, Presiden AS, Joe Biden meminta Kongres US$33 miliar (S$45,6 miliar) untuk mendukung Kyiv.

Jumlah peningkatan besar dalam pendanaan yang mencakup lebih dari US$20 miliar untuk senjata, amunisi, dan bantuan militer lainnya.

"Kami membutuhkan RUU ini untuk mendukung Ukraina dalam perjuangannya untuk kebebasan," kata Biden.

"Biaya peperangan ini, tidak murah, tetapi menyerah pada agresi akan lebih mahal lago," tandasnya.

Putin menyebut tindakan Moskow sebagai 'operasi militer khusus' untuk melucuti senjata Ukraina, membela orang-orang berbahasa Rusia dari penganiayaan dan mencegah AS menggunakan negara itu untuk mengancam Rusia.

Ukraina membantah klaim penganiayaan Putin, dan mengatakan pihaknya memerangi perampasan tanah bergaya kekaisaran yang telah meratakan kota-kota Ukraina.

Memaksa lebih dari 5 juta orang melarikan diri ke luar negeri dan membunuh ribuan orang sejak invasi dimulai pada 24 Februari.

Baca Juga: DI TENGAH Konflik Rusia Ukraina, Zelensky Diundang Jokowi ke Bali, Putin Masih Pikir Pikir

Washington, bersama dengan sekutunya telah memberikan sanksi besar-besaran terhadap Moskow.

Washingotn berharap pasukan Ukraina tidak hanya dapat menangkis serangan Rusia di timur, tetapi juga melemahkan militernya sehingga tidak dapat lagi mengancam tetangganya.

Rusia menganggap tindakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sama saja dengan melancarkan 'perang proksi' terhadapnya, dan telah membuat sejumlah ancaman pembalasan yang tidak ditentukan minggu ini.

Seperti halnya memotong pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria pada hari Rabu, setelah mereka menolak untuk membayar dalam rubel, menandai tanggapan terberat Moskow terhadap sanksi ekonomi Barat.

Rusia telah melaporkan apa yang dikatakan sebagai serangkaian serangan Ukraina di wilayah Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina, dan telah memperingatkan bahwa serangan semacam itu berisiko eskalasi yang signifikan.

Pada hari Kamis, dua ledakan besar terdengar di kota Belgorod Rusia dekat perbatasan dengan Ukraina, dua saksi mengatakan kepada Reuters. Tidak jelas apa yang menyebabkan mereka dan apakah ada korban atau kerusakan.

Ukraina belum secara langsung menerima tanggung jawab atas serangan ke arah Rusia tetapi mengatakan insiden itu adalah balasan.

Rusia tersinggung dengan pernyataan anggota NATO Inggris bahwa sah bagi Ukraina untuk menargetkan logistik Rusia.

"Di Barat, mereka secara terbuka menyerukan Kyiv untuk menyerang Rusia, termasuk dengan penggunaan senjata yang diterima dari negara-negara NATO," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova kepada wartawan di Moskow.

"Saya tidak menyarankan Anda untuk menguji kesabaran kami lebih jauh," kilah Maria.

Misi AS untuk organisasi Keamanan dan Kerjasama mengatakan, Kremlin mungkin mencoba 'referendum palsu' di wilayah selatan dan timur, yang telah direbutnya sejak invasi 24 Februari.

"Referendum yang dipalsukan dan tidak sah ini tidak diragukan lagi akan disertai dengan gelombang pelanggaran terhadap mereka yang berusaha menentang atau merusak rencana Moskow," kata misi AS. Tapi tidak ada komentar langsung dari Rusia mengenai hal itu.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Straits Times

Tags

Terkini

Terpopuler