Sejarah Konflik Palestina dengan Israel, Begini Awalnya

13 Mei 2021, 17:35 WIB
Delegasi Palestina melakukan protes keras atas langkah Inggris membentuk negara israel di Palestina, tahun 1929 /United States Library of Congress's Prints and Photographs division

DESKJABAR – Konflik berlarut-larut yang terjadi di Palestina akibat ulah orang-orang Israel masih berlanjut sampai kini. Kekejaman pihak Israel yang diketahui mayoritas orang-orang Yahudi, masih terjadi sampai kini.

Tentu saja, dalam hukum sesuatu yang terjadi di dunia, semuanya menganut hukum sebab-akibat. 

Banyak catatan sejarah konflik soal Israel di Palestina yang melatarbelakangi baik sejak zaman nabi, zaman pertengahan, sampai zaman modern. Tentu, catatan tersebut terlalu panjang untuk ditulis, namun dapat dipelajari secara berantai dengan melihat persoalan dari dua sisi secara obyektif.

Adalah pihak Inggris yang tampaknya paling bertanggungjawab atas berdirinya negara Israel. Ini terjadi sejak adanya deklarasi Balfour tahun 1917 dan berdirinya negara Israel tahun 1948 yang dibekingi Inggris.

Baca Juga: Masyarakat Dilarang Ziarah Kubur, Dedi Mulyadi: Ganti Saja Jadi Wisata Religi

Ada pun Balfour adalah Perdana Menteri Inggris yaitu Lord Balfour, yang memunculkan Deklarasi Balfour,  yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1917 selama Perang Dunia I.

Deklarasi Balfour mengumumkan dukungan untuk pembentukan "rumah nasional bagi orang-orang Yahudi" di Palestina, kemudian wilayah Ottoman (Turki) dengan populasi minoritas Yahudi yang kecil.

Orang-orang Palestina selaku tuan rumah pun mengajukan protes keras kepada Pemerintah Inggris, atas rencananya mengirimkan orang-orang Yahudi untuk membuat negara di Palestina.

Orang-orang Palestina sebagai penduduk pribumi, sudah memperhitungkan akan terjadinya penjajahan di negeri mereka oleh orang-orang Yahudi setelah berdirinya Israel.

Baca Juga: Ada 12 Warga Binaan Kasus Korupsi di Lapas Sukamiskin Dapat Remisi, Kalapas: Bisa Menghemat Uang Makan

Pada tahun 1929, protes keras ramai-ramai dilakukan orang-orang Palestina. Diantara para pemimpin pejuang Palestina tersebut, adalah Amin Al Hussaini, Musa Al Hussaini, Raghib al-Nashashibi, dll.

Sementara di Eropa, memasuki tahun 1930-an, terutama semasa Jerman dipimpin pemerintahan Nazi oleh Adolf Hitler, masalah dengan orang-orang Yahudi pun semakin meruncing.

Puncaknya, adalah semasa Perang Dunia II (1939-1945), dimana pihak Nazi Jerman melakukan perencanaan pengusiran dan relokasi orang-orang Yahudi dari Jerman dan Eropa.

Mufti Agung Palestina Haji Amin Al Hussaini bersama pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, tahun 1941 Bundesarchiv

Pada tahun 1941, pemimpin pejuang Palestina, Mufti Agung Amin Al Hussaini bekerjasama dengan pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler terhadap masalah Yahudi tersebut. Sebab, di Palestina sudah mulai banyak orang Yahudi, yang dilindungi Inggris selaku pihak berkepentingan penguasaan Timur Tengah.

Baca Juga: KKP Membagikan Ikan Gratis di Karawang, Agar Masyarakat Kuat Terhadap Ancaman Covid-19 saat Lebaran

Ke Madagaskar

Pada Perang Dunia II (1939-1945), pemimpin Nazi Jerman,  Adolf Hitler berniat mengusir orang-orang Yahudi dari Eropa, untuk kemudian ditempatkan di Madagaskar, sebuah pulau di pantai timur selatan benua Afrika Samudera Hindia.

Dalam sejarah Perang Dunia II, dikenal apa yang disebut Madagascar Plan, adalah usulan pemerintah Nazi Jerman untuk memindahkan paksa penduduk Yahudi di Eropa ke pulau Madagaskar.

Franz Rademacher, kepala Departemen Yahudi di Kantor Luar Negeri Jerman, mengusulkan ide tersebut pada bulan Juni 1940, tak lama sebelum kejatuhan Prancis.

Proposal tersebut menyerukan penyerahan kendali atas Madagaskar, yang saat itu merupakan koloni Prancis, ke Jerman sebagai bagian dari persyaratan perdamaian akhirnya.

Baca Juga: Lebaran 2021, Vanessa Angel Bagikan Mukena untuk Warga Binaan Rutan Pondok Bambu dan Bertekad Lebih Baik

Gagasan untuk memukimkan kembali orang Yahudi Polandia di Madagaskar, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Prancis, diselidiki oleh pemerintah Polandia pada tahun 1937.

Namun satuan tugas pihak Nazi untuk mengevaluasi potensi pulau tersebut, memperhitungkan hanya 5.000 hingga 7.000 keluarga dapat ditampung, atau bahkan sedikitnya 500 keluarga menurut beberapa perkiraan.

Karena upaya Nazi untuk mendorong pengusiran orang-orang Yahudi dari sebelum Perang Dunia II hanya berhasil sebagian, gagasan untuk mendeportasi orang Yahudi ke Madagaskar adalah dihidupkan kembali oleh pemerintah Nazi pada tahun 1940.

Dengan persetujuan Adolf Hitler, Adolf Eichmann merilis sebuah memorandum pada 15 Agustus 1940 yang menyerukan relokasi 1 juta orang Yahudi per tahun selama empat tahun, dengan pulau yang diperintah sebagai negara polisi di bawah SS (SchutzStaffel, unit khusus politik dan militer bentukan Nazi).

Baca Juga: Idul Fitri Dahulu Sering Disangka Tahun Baru Islam, Ini Awal Kata Puasa dan Boboran dalam Bahasa Sunda

Namun, rencana pihak Nazi itu tidak berjalan karena blokade angkatan laut Inggris, apalagi menyusul kegagalan Nazi Jerman dalam pertempuran di Inggris (Battle of Brittain).

Namun kemudian, disebut-sebut dalam sejarah dunia yang dimunculkan oleh pihak Sekutu (kapitalis) dan Uni Soviet (komunis), dimana mereka memaksa masyarakat dunia percaya bahwa Nazi kemudian melakukan sesuatu yang disebut final solution (solusi akhir) yaitu genosida sistematis terhadap orang Yahudi, melalui berbagai kamp konsentrasi.

Sebagai catatan, pihak Nazi Jerman sebenarnya bukan hanya menangkapi lalu memasukan orang-orang Yahudi/freemason ke kamp konsentrasi. Namun juga orang-orang komunis, homoseks, Saksi Yehova, Gypsi, dan kriminal.

Baca Juga: Pemudik Bermotor Tak Terbendung, Penyekatan di Perbatasan Puncak-Cianjur Direnggangkan

Seperti diketahui, Nazi Jerman kemudian kalah Perang Dunia II dan menyerah pada 7 Mei 1945. Amerika selaku salah satu pihak pemenang perang, kemudian mengevakuasi orang-orang Yahudi, diikuti Inggris yang kemudian melakukan pengiriman besar-besaran orang-orang Yahudi ke Palestina sampai berdirinya Israel tahun 1948.

Tampaknya, sejarah akan menjadi lain, jika rencana Nazi Jerman merelokasi orang-orang Yahudi ke Madagaskar berhasil pada Perang Dunia II lalu sukses. Boleh jadi, negara Israel berdiri di Pulau Madagaskar, lalu konflik akan kini terjadi dengan orang-orang keturunan suku Jawa. Sebab, di Madagaskar, diketahui sangat banyak orang-orang Jawa yang datang ke pulau tersebut sejak sekitar tahun 830 Masehi. ***

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler