Waspada! BPOM Temukan Ada Zat Berbahaya dalam Ribuan Menu Takjil yang Dijual di Pasaran

- 2 April 2024, 07:00 WIB
Lucia Rizka Andalusia, Plt Kepala BPOM saat menyampaikan keterangan dalam konferensi pers hasil temuan pangan olahan berbahaya bagi kesehatan dalam menu takjil di Gedung BPOM RI Jakarta, Senin 1 April 2024.
Lucia Rizka Andalusia, Plt Kepala BPOM saat menyampaikan keterangan dalam konferensi pers hasil temuan pangan olahan berbahaya bagi kesehatan dalam menu takjil di Gedung BPOM RI Jakarta, Senin 1 April 2024. /ANTARA/Andi Firdaus/

DESKJABAR - Sebanyak 9.262 sampel pangan olahan untuk menu takjil yang beredar di pasaran selama Ramadhan 1445 Hijriah/2024 terdeteksi mengandung sejumlah senyawa kimia yang berpotensi membahayakan kesehatan tubuh. Demikian dikatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Plt Kepala BPOM Lucia Rizka Andalusia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 1 April 2024 memaparkan data pengawasan takjil yang digelar serentak di seluruh kantor cabang BPOM di daerah melibatkan 3.749 pedagang takjil di 1.057 titik lokasi pengawasan.

Hasilnya kata dia, dari total 9.262 sampel yang diperiksa, 48,04 persen mengandung formalin pada sampel mi kuning, teri, tahu, cincau, agar-agar, cumi, ikan peda, dan terasi.

"Penjual takjil sangat banyak. Beberapa ada yang berpotensi bahaya pada pangan siap saji, misalnya pewarna Rhodamin B, formalin agar tidak mudah basi atau rusak, terutama pangan mengandung banyak air seperti agar-agar dan mi," kata Lucia Rizka.

Baca Juga: 4 Menteri Jokowi Dipanggil MK, Berkah atau Petaka Bagi Prabowo Gibran? Ini Penjelasan Otto

Dia juga mengungkapkan, dari sampel yang dieriksa sebanyak 25,49 persen mengandung Rhodamin B pada produk takjil cendol, mutiara, kerupuk pasir, jeli merah, jenang merah, pacar cina, dan mi pelangi.

Kemudian sekitar 27,45 persen jajanan takjil diketahui mengandung boraks berdasarkan pemeriksaan pada sampel kerupuk, cao, cendol, cilok, otak-otak, sate usus, kerang, udang, tahu, dan teri. Sedangkan 0,98 persen diketahui mengandung kuning Metanil pada produk tahu oranye.

Rizka mengatakan senyawa boraks umumnya disalahgunakan oknum pedagang pada produk pangan bertekstur kenyal seperti bakso dan cendol. Sedangkan pewarna kuning umumnya terjadi pada tahu.

"Senyawa ini bukan yang aman untuk dikonsumsi. Senyawa ini digunakan untuk pewarna tekstil bukan untuk pangan. Formalin bahkan untuk pengawet jenazah, bisa dibayangkan dampaknya pada manusia," katanya.

Baca Juga: Airlangga akan Dipanggil MK dalam Sengketa Pilpres 2024, Ini Jawaban Airlangga

Halaman:

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x