Mengutip deseret.com, seorang profesor dari University of South Carolina yang diwawancara Forbes menyebutkan tentang istilah psikologi 'penguatan acak'. Ini terkait dengan banyaknya platform media sosial, termasuk TikTok yang menggunakan pengguna tetap terlibat.
Algoritme TikTok misalnya, diatur dari kebiasaan menonton seseorang. Ia akan memperlihatkan video tang dipersonalisasi disesuaikan dengan minat pengguna.
Sebuah studi gabungan yang dialkukan dua universitas di China memperlihatkan umpan video yang dipersonalisasi menyebabkan pengguna menjadi lebih terikat pada aplikasi.
Laporan The Wall Street Journal, hasil pemindaian otak yang dilakukan pada sekelompok mahasiswa menunjukkan area otak yang kecanduan, sangat aktif pada mereka yang menonton video yang dipersonalisasi.
Selain itu, ditemukan beberapa orang malah kesulitan mengontrol kapan harus berhenti menonton.
Bahaya jika berlebihan
Media sosial seperti TikTok yang menjanjikan konektivitas, hiburan, dan menjadi media ekspresi artistik, penggunaannya dapat mempengaruhi kedidupan sehari-hari.
Ketika menghabiskan waktu lama di TikTok otak menjadi terbiasa dengan perubahan aplikasi yang konstan.