9 MITOS, Hoax, dan FAKTA seputar Covid-19 Varian OMICRON, Nomor 4 dan 8 Fatal, Tapi Sering Dianggap Sepele

- 23 Februari 2022, 13:28 WIB
Banyak mitos dan hoax seputar Covid-19 varian Omicron yang harus dicek faktanya.
Banyak mitos dan hoax seputar Covid-19 varian Omicron yang harus dicek faktanya. /Pixabay/ Geralt/


DESKJABAR
- Sejak varian B.1.1.529 dinyatakan sebagai Variant of Concern (VoC), yang lebih dikenal dengan Omicron merebak, perhatian masyarakat tertuju padanya. Sejalan dengan itu banyak mitos maupun fakta seputar varian baru Covid-19 Omicron ini beredar di jagat maya.

Sayangnya tak semua warganet pandai memilah informasi, sehingga berita mitos dan hoax tentang Covid-19 Omicron pun disebarkan melalui media sosial (medsos). Akibatnya berita-berita bohong atau hoax itu dipercaya oleh sebagian masyarakat.

Hal ini berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat terhadap Omicron serta fakta yang berkaitan dengannya, semisal vaksinasi. Lantas asumsi menjadi landasan dipercayanya informasi yang belum tentu benarn atau fakta.  

Tidak hanya di Indonesia mitos dan hoax itu beredar. Tapi di belahan dunia lain, seperti negara-negara Eropa pun begitu. Dan isi berita mitos dan hoax itu hampir sama.

Baca Juga: Panasnya Sakit Demam Merupakan Tiupan Api Neraka, Dinginkanlah dengan Air, Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

Disarikan dari www.euro.who.int, yang dirilis pada 19 Januari, melalui pemantauan media WHO Regional Eropa menemukan sejumlah mitos seputar Omicron. Untuk itu, mereka memberikan penjelasan lebih lanjut tentang fakta sebenarnya.

1. Mitos: Omicron hanya menyebabkan penyakit ringan.

Fakta: Omicron tampaknya tidak terlalu parah dibandingkan varian Delta, tetapi tidak boleh dianggap ringan.

Penting bagi kita untuk tidak terburu-buru dalam menilai tingkat keparahan dan potensi dampak Omicron.

Sejumlah negara telah menunjukkan bahwa tingkat keparahan infeksi dari Omicron pada masyarakat lebih rendah dibandingkan dengan Delta.

Baca Juga: Begini 7 Cara Cegah Ular Masuk ke Rumah, Ternyata Ini Tempat Ular Bersembunyi di Rumah

Hasil pengamatan di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, memang terlihat tingkat rawat inap dan kematian lebih rendah, terutama di kelompok rentan. Tanpa vaksin, kemungkinan orang yang dirawat akan lebih banyak.

Terlalu dini untuk mengatakan dampak Omicron pada negara-negara dengan penyerapan vaksinasi yang lebih rendah dan pada kelompok yang paling rentan.

2.  Mitos: Karena Omicron tidak terlalu parah, kita akan melihat lebih sedikit yang dirawat inap dan sistem kesehatan kita akan mampu mengatasinya.

Fakta: Omicron masih menghadirkan risiko tinggi bagi sistem kesehatan kita.

Risiko keseluruhan yang terkait dengan Omicron tetap sangat tinggi karena sejumlah alasan. Data saat ini menunjukkan, Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Delta.

Baca Juga: Gejala-gejala Omicron Hengkang dengan Rempah Dapur Ini, Berikut Resep Ramuan nya

Bahkan jika infeksi Omicron kurang parah dibandingkan dengan Delta, peningkatan kasus yang cepat akan mengakibatkan peningkatan rawat inap. Juga, memberi tekanan pada sistem perawatan kesehatan untuk merawat pasien dengan Covid-19, dan jenis penyakit lainnya.

3. Mitos: Vaksin tidak bekerja melawan Omicron.

Fakta: Sejauh ini vaksin menawarkan perlindungan terbaik yang tersedia terhadap Omicron.

Vaksinasi diharapkan memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian yang disebabkan oleh Omicron, seperti halnya dengan varian lain yang masih beredar.

Sampai saat ini, tingkat rawat inap dan kematian yang relatif lebih rendah dari Omicron sebagian besar berkat sudah banyak orang yang  divaksinasi.

Baca Juga: Cara Cegah dan Sembuh dari Omicron, Cukup dengan Singkong Rebus, dr Zaidul Akbar Menjelaskan

Vaksinasi mendorong respons kekebalan tubuh terhadap virus, yang tidak hanya melindungi dari varian yang beredar,  termasuk Omicron.  Tetapi juga kemungkinan akan memberikan perlindungan dari penyakit parah akibat mutasi Covid-19 di masa depan.

4. Mitos: Orang yang tidak divaksin tidak akan sakit parah akibat Omicron.

Fakta: Orang yang tidak divaksinasi paling berisiko terkena Omicron.

Benar-benar tidak bijaksana untuk menyilangkan jari Anda, dan berharap yang terbaik dengan Omicron. Pasalnya, varian Omicron akan menyerang orang-orang yang tidak divaksinasi.

Bukti menunjukkan,  infeksi Covid-19 baru menyebabkan lebih banyak yang dirawat inap di negara-negara di mana Omicron menjadi varian dominan. Dengan sebagian besar dari mereka yang memerlukan perawatan di rumah sakit itu adalah orang-orang yang tidak divaksinasi.

Baca Juga: Ternyata Ini Kata Teman Danu, Keganjilan Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang

Di tempat dimana langkah-langkah untuk menghentikan transmisi Covid-19 tidak ada, varian Omicron akan menyebar dengan cepat. Dan seperti gelombang Delta, yang tidak divaksinasi akan terkena dampak paling parah.

Rekomendasi utama WHO adalah: Lakukan vaksinasi saat giliran Anda, termasuk dosis booster jika ditawarkan.

5.  Mitos: Omicron sama seperti flu biasa.

Fakta: Omicron jauh lebih berbahaya daripada flu biasa.

Omicron tidak seperti flu biasa, karena lebih memungkinkan  Anda dirawat di rumah sakit.

Kami telah melihat bahwa orang yang terinfeksi varian Omicron dirawat di rumah sakit dan beberapa orang telah meninggal karenanya. Orang yang telah terinfeksi Omicron dan sembuh juga diperkirakan berisiko mengalami Long Covid.

Baca Juga: Resep Nasi Goreng Ala Okky MCI 9 yang Pernah Disajikan di Gallery MasterChef Indonesia Season 9

6. Mitos: Orang yang pernah terpapar Covid-19 sebelumnya akan kebal dari Omicron.

Fakta: Omicron dapat menginfeksi kembali orang yang sebelumnya pernah mengidap Covid-19.

Jika Anda pernah menderita Covid-19 sebelumnya, Anda tetap harus divaksinasi. Karena infeksi ulang dari Omicron masih mungkin terjadi, dengan risiko Anda bisa sakit parah, menularkan virus ke orang lain, atau menderita Long Covid.

Mendapatkan vaksinasi lengkap, terlepas dari apakah Anda menderita Covid-19 atau tidak, adalah cara terbaik melindungi diri Anda dan orang lain dari penyakit parah, dan berpotensi meninggal karena virus.

Baca Juga: Anak Anda Demam, Coba Beri Minum Air Ini Anak Langsung Suka dan Tidak Perlu Ada Drama

7. Mitos: Booster tidak efektif melawan penyakit parah dari Omicron.

Fakta: Booster efektif dalam meningkatkan perlindungan terhadap keparahan penyakit dari Omicron dan semua varian Covid-19 lain.

Efektivitas vaksin Covid-19, seperti banyak vaksin lain, seperti vaksin flu, berkurang seiring waktu. Jadi jika Anda ditawari booster, ambillah.

Ini benar-benar akan meningkatkan perlindungan Anda terhadap penyakit parah dari Omicron dan varian Covid-19 lainnya.

8. Mitos: Masker wajah tidak berguna melawan Omicron karena celahnya lebih besar daripada virus.

Fakta: Mengenakan masker adalah tindakan perlindungan efektif untuk membantu mengurangi infeksi dan penyebaran Omicron.

Baca Juga: TANGGAL LAHIR yang Hoki di Bulan Maret 2022, Banjir Rezeki dan Keberkahan kata PRIMBON EYANG SEMAR

Berdasarkan bukti yang WHO, semua tindakan pencegahan yang bekerja melawan varian Delta, efektif melawan Omicron, termasuk pemakaian masker.

Omicron bergerak sangat cepat, sehingga selain vaksinasi, semua tindakan pencegahan lainnya diperlukan untuk membendung gelombang infeksi. Tindakan-tindakan itu seperti  memakai masker; membersihkan tangan; menjaga jarak, menghindari kerumunan; etika batuk atau bersin.

9. Mitos: Dengan Omicron yang tidak terlalu parah, kita mendekati akhir pandemi.

Fakta: Akhir dari pandemi belum terlihat.

Kendati sekarang data menunjukan yang dirawat inap sedikit, namun sebagian besar kasus Covid-19 masih didominasi oleh varian Delta yang diketahui menyebabkan penyakit parah dan kematian.

Itulah beberapa mitos yang mesti kita tanggapi dengan bijak. Cek fakta sebelum membagikan informasi adalah langkah yang bijak.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: www.euro.who.int


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah