Perkuat Kepastian Pasar dan Jaringan Agribisnis Porang di Jawa Barat

- 14 Oktober 2020, 09:28 WIB
Komoditas porang produksi di Jawa Barat.
Komoditas porang produksi di Jawa Barat. /Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat/Oscar Miba Wibowo/

DESKJABAR - Mendengar informasi sedang “booming”nya pengusahaan suatu komoditas pertanian, ada kebiasaan di Indonesia, kemudian banyak orang ikut mengusahakan juga. Diperkirakan, pengusahaan agribisnis komoditas Porang pun akan juga banyak pula dilakukan di Jawa Barat, setelah mendengar kisah sukses di Jawa Timur dan Sulawesi.

Namun tentu saja, jangan sampai terulang kondisi klasik yang sering terjadi dalam rumpun usaha pertanian, yaitu saat produksi sudah banyak, tapi pembelinya “ngumpet” entah di mana. Pengusahaan agribisnis komoditas Porang harus diarahkan secara nyata dan serba jelas jaringan pemasarannya, sehingga para petani yang sudah bersusah payah membudidayakan sudah pasti dapat menjual dengan harga jelas pula.

Menurut pemilik industri dan eksportir Porang berbasis di Jawa Barat, CV Sanindo Putra, Soreang, Kabupaten Bandung, Dhian Rahadian, kepada DeskJabar, di Bandung, Selasa, 13 Oktober 2020 malam, kini kondisi bisnis Porang masih bagus. Namun persaingannya sangat kuat, yaitu soal ketersediaan pasokan yang memadai dan harga.

Disebutkan, saat ini harga Porang per kilogramnya masih sekitar Rp 10.000 s.d Rp 12.000 kg. Namun para petani yang membudidayakan Porang, rata-rata harga pokok penjualan (HPP)-nya per kilogramnya kini antara Rp 4.000 s.d Rp 5.000.

Menurut Dhian Rahadian, prospek agribisnis dan agroindustri Porang di Jawa Barat diyakini akan prospektif secara permanen. Sebab, usaha pengolahan dan penjualan seperti yang dilakukannya ada di Soreang, yang dapat lebih efisien dalam biaya pengiriman.  “Ekspor Porang selama ini selalu lancar, namun bahan baku yang justru kurang bahkan masih cenderung stagnan,” ujarnya.  

Baca Juga: Ciptakan Bertani Menjadi Kaya, Komoditas Porang Dikembangkan di Jawa Barat

Dua pembeli asal Jepang memberikan gambaran kebutuhan kepada pengusaha olahan porang, pemilik CV Sanindo Putra, Dhian Rahadian, di Soreang, Kabupaten Bandung.
Dua pembeli asal Jepang memberikan gambaran kebutuhan kepada pengusaha olahan porang, pemilik CV Sanindo Putra, Dhian Rahadian, di Soreang, Kabupaten Bandung. Dhian Rahadian

Harus realistis

Dengan dikembangkannya produksi dan agribisnis Porang yang dimotori Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, berkolaborasi Dinas Kehutanan Jawa Barat, menurut Dhian Rahadian, diharapkan akan muncul ketersediaan pasokan Porang lebih besar. “Dengan demikian, akan muncul harga Porang yang realistis dalam agribisnis komoditas ini,” ujarnya.

Dikatakan pula, produksi olahan Porang juga dalam bentuk chips alias keripik dan tepung, pengeringannya menggunakan oven maupun dijemur matahari. Untuk ekspor ke Jepang, Taiwan, dan Vietnam diminta hasil oven, sedangkan penjualan ke Australia dan Amerika dalam bentuk tepung.

Perjalanan bisnis

Menurut Dhian Rahadian, usaha produksi dan ekspor Porang kini berkembang dalam lima tahun terakhir. Padahal, dahulu pabrik pengolahan tepung Porang hanya ada dua, yaitu di PT Ambigo Surabaya dan CV Sanindo Putra Soreang, Kabupaten Bandung.

Bisnis Porang yang ia tekuni sampai kini, kenang Dhian, dirinya merupakan generasi kedua. Dahulu bahan baku dahulu cukup melimpah namun kemudian menjadi berkurang, padahal kebutuhannya meningkat lagi selama lima tahun terakhir.

Menurut Dhian Rahadian, berawal dari informasi keluarganya yang memiliki kaitan keluarga dengan dua mantan serdadu Jepang eks Perang Dunia II di Jepang. Mereka menginformasikan, komoditas Porang merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan di negara itu lalu berkembang ke berbagai negara.

Disebutkan, Porang merupakan bahan baku bahan baku mie, tahu, dan beras Shirataki. Penggunaan Porang kemudian meluas untuk kebutuhan lain, seperti kosmetik dan campuran industri kebutuhan jelly dari rumput laut, dll.  Menurut Dhian Rahadian, tahun 1995, Porang kemudian diekspor ke  Australia, Amerika, Taiwan, Vietnam, China dll. Australia untuk petfood. Juga di Vietnam dan Taiwan untuk bahan baku farmasi, serta ke China dalam bentuk tepung kebutuhan lebih tinggi lagi. ***

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah