Diantara klon-klon tersebut, terdapat klon-klon seperti QRC, Cib 5, KP 105, dan GA 22 telah menunjukkan karakteristik unggul yang berpotensi besar untuk pemuliaan dan produksi kina masa depan.
“Berdasarkan studi kami pun, luas areal kina di Indonesia diproyeksikan stabil di 500 hektar hingga tahun 2025, dengan produksi yang konsisten sekitar 109 ton, menunjukkan bahwa efisiensi dan efektivitas budidaya serta pengolahan kina diharapkan meningkat meskipun tanpa ekspansi area,” ujar Hilman Maulana.
Baca Juga: Dinas Perkebunan Jawa Barat Produksi Benih Tebu, Dukung Kebangkitan Tebu Rakyat dan Pabrik Gula
Indonesia berpotensi menyediakan sekitar 115 ton dari total permintaan 400 ton, hal ini menunjukkan peran penting Indonesia dalam perdagangan kina global dan cerminan peluang bagi Indonesia untuk fokus pada pengembangan produk turunan kina yang inovatif.
PPTK selaku lembaga penelitian bersama PT Sinkona Indonesia Lestari dan dukungan PT Kimia Farma serta PTPN VIII sebagai produsen utama kina dan garam kina di Indonesia, telah menerbitkan buku "Kina Kita, Kini dan Ke Depan".
Buku ini menggambarkan perjalanan kina di Indonesia, menggambarkan tantangan dan dinamika industri, serta berfokus pada pentingnya transformasi berkelanjutan dalam industri kina.
“Kami juga menekankan pentingnya diversifikasi pemanfaatan produk kina, tidak hanya dalam industri farmasi, tetapi juga dalam industri kesehatan dan hijau, termasuk pengembangan bisnis inovasi ke natural essential oil,” kata Hilman Maulana.
Baca Juga: Perkebunan, HUT PTPN VIII ke-26/2022, Kina dan Pohon Endemik Kembali Ditanam di Kabupaten Bandung
Keanekaragaman produk ini tidak hanya menyoroti nilai tambah kinina tetapi juga potensi inovasi berkelanjutan yang dapat membuka jalan bagi pengembangan lebih lanjut dalam pasar global.