DESKJABAR – Saat pemerintah mengumumkan kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter pada Sabtu 3 September 2022, jagat maya diramaikan dengan SPBU Vivo.
Banyak warganet yang menyarankan agar membeli BBM di SPBU Vivo karena harganya lebih murah yakni Rp 8.900 per liter.
SPBU Vivo kemudian menjadi viral karena menjual harga BBM dengan harga murah, namun tak lama berselang pemerintah meminta Vivo untuk menaikkan harga jenis yang sama dengan Pertalite. Padahal, Vivo per 1 September baru mengumumkan penurunan harga jenis Perlatile-nya.
Baca Juga: KENAIKAN Tarif Sudah Mulai Terjadi, Bansos Dinilai tak Akan Mampu Atasi Dampak Kenaikan Harga BBM
Siapakah Vivo, ternyata Vino dibawah pengelolaan PT Vivo Energy Indonesia, yang merupakan anak perusahaan dari Vitol Group.
Nama Vitol Group sudah tidak asing di dunia. Mereka adalah sebuah perusahaan energi dan komoditas global yang berkantor pusat di Swiss.
Mengutip dari laman iraqbritainbusiness.org, Vitol Group didirikan di Rotterdam pada 1966 dan saat ini sudah memiliki hamper 40 kantor di seluruhan dunia.
Kantor operasi terbesarnya berada di Jenewa (Swiss), Houston (AS), London (Inggris), dan Singapura.
Omzet perusahaan pada tahun 2014 mencapai 270 miliar dolar AS.
Vitol Group bergerak di bidang pasokan, logistic, dan distribusi minyak mentah dan produk olahan sebagai bisnis intinya.