Sri Mulyani, Menteri Keuangan: 276 Juta Orang di Seluruh Dunia Menghadapi Kerawanan Pangan yang Parah

- 15 Juli 2022, 16:19 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Pembukaan Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (3rd FMCBG) G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Pembukaan Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (3rd FMCBG) G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022). /M Risyal Hidayat/antaranews.com

DESKJABAR – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengatakan, ada 276 juta orang di dunia saat ini menghadapi kerawanan pangan yang parah.

Hal itu meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019 sebelumnya Pandemi COVID-19, atau 135 juta orang, menurut catatan Program Pangan Dunia.

Sri Mulyani mengatakan pada upacara pembukaan: "Ada keadaan darurat di mana krisis pangan perlu dikelola."

Baca Juga: KASUS SUBANG Bak Main Bola Pingpong, Tersangka, Otak dan Pelaku Wara Wiri, Publik Menilai ini ke Yoris

Hal itu disampaikannya pada pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Third FMCBG) G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali.

Dia menjelaskan, peningkatan yang mengkhawatirkan dalam risiko keamanan pangan adalah dampak perang terhadap Ukraina dan sanksinya, serta pembatasan ekspor, semakin memburuk.

Dampak pandemi telah mendorong harga pangan ke rekor tertinggi.

Naiknya harga pangan mendorong satu juta lebih banyak orang ke dalam ketidakamanan piring. Oleh karena itu, penanganan krisis pangan sangat mendesak.

Menurut Sri Mulyani, implementasi mekanisme pendanaan yang lebih siap akan segera dilakukan diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan meningkatkan stabilitas keuangan dan sosial.

Baca Juga: Nitrogen Cair Dipakai untuk Ice Smoke Berbahaya Jika Tertelan, Lambung Bisa Jadi Harus Diangkat!

Selain itu, kebijakan makroekonomi yang sehat juga sangat penting, karena telah membantu banyak negara menghadapi krisis.

Tidak hanya makanan, harga yang sangat penting dan meningkat pesat sekarang dipalsukan apa yang tersisa adalah energi, yang merupakan tantangan besar.

Dia mengatakan lanskap energi global telah sepenuhnya diubah atau dibentuk kembali. Harga komoditas energi melonjak.

"Saya yakin Anda semua, sebagai Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, melihat Ini merupakan ancaman bagi stabilitas makroekonomi kita, serta lingkungan yang kondusif untuk mempertahankan pemulihan," katanya.

Baca Juga: Fakta Autentik Penyakit Tinggi Hati Seseorang Akan Menjadikannya Orang Kafir, Benarkah?

Ia mengatakan, Bank Dunia memperkirakan harga minyak mentah akan naik 350% sejak April 2020 hingga April 2022.
Peningkatan ini merupakan yang terbesar dalam periode dua tahun sejak 1997.

Pada Juni 2022, harga gas alam di Eropa juga akan naik 60% hanya dalam dua minggu.

Kekurangan bahan bakar di seluruh dunia dan memiliki signifikansi sosial dan politik yang besar di Sri Lanka, Ghana, Peru, Ekuador dan di tempat lain.

Ia menjelaskan, kelangkaan ini terjadi karena mahalnya harga BBM menjadi masalah yang mengancam pemulihan ekonomi.

"Dunia berada di tengah krisis energi global," tambah Sri Mulyani.***

 

Editor: Dendi Sundayana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x