Pada sisi lain, ada kesamaan saling cocok, antara respon masyarakat untuk pengembangan budidaya vanili eksisting di Pangandaran, berikut masih ada areal tanaman vanili seluas 5,8 hektare.
“Harapan pengembangan areal menjadi 20 hektare pada tahun 2021 dan 2022 menjadi 25 hektare, mengingat Pangandaran mempunyai potensi vanili. Selama ini, produksi polong basah antara 4,3 – 5,2 kg per pohon dan termasuk Grade A dengan panjang rata rata diatas 17 cm,” ujar Yayan C Permana.
Baca Juga: Perkebunan Cipetir, Sukabumi, Tempat Populasi Kelelawar Vampir
Dalam penyerahan bantuan bibit vanili ke Pangandaran itu, tergambar respon masyarakat sangat antusias untuk budidaya vanili.
Apalagi, harga jual vanili kembali bangkit belakangan ini, dimana permintaan dunia kembali ke Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Diketahui pula, usaha budidaya vanili di Indonesia, selama ini memang lebih cocok untuk skala perkebunan rakyat, karena karakter tanaman tersebut.
Baca Juga: GPP : Ada Upaya Sistematis Penghancuran Unit-unit Perkebunan untuk Kemudian Dikuasai Tanahnya
Menurut Yayan C Permana, yang dibutuhkan dalam keberlanjutan adalah teknik pasca panen dan pengolahan vanili agar meningkatkan mutu dan nilai jual.
“Yang menarik, di Pangandaran ada kelompok petani pekebun dari kalangan milenial, yaitu Poktan Sumber Makmur, sebanyak 14 orang,” ujarnya.
Pada kunjungan ke Desa Sidamulih itu, dilakukan pula upacara adat nyimpen katineung pemberian iket, selempang dan bedog dari Masyarakat Budaya Cikalong kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. ***