DESKJABAR – Di Indonesia, masih umum anggapan hasil usaha farming ukuran besar bakal diminati pasar, nyatanya sering kecele karena selera pasar bergeser. Salah satunya, adalah hasil perikanan budidaya lele ukurannya terlalu besar, ada solusi sukses dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dengan pola zero waste, usaha perikanan budidaya lele yang hasil ukurannya terlalu besar menjadi laku tidak tersisa. Adalah melalui produk-produk olahan lele berbahan ukuran kebesaran, ternyata laku keras dan untung bagus, mencontoh produksi dari Kabupaten Bandung banyak diminati konsumen.
Melalui pemanfaatan dari produksi olahan, ikan-ikan lele yang tidak laku atau harganya turun akibat ukuran kegedean, bisa habis terjual. Usaha budidaya lele menjadi terhindar dari kerugian, bahkan pelaku perikanan memperoleh keuntungan lebih bagus dari ikan berkumis ini.
Aneka jenis olahan lele
Dikutip DeskJabar dari Twitter @KKP RI, Sabtu, 3 Mei 2023, dimana KKP memberikan contoh solusi dilakukan Abah Ubed dari Kabupaten Bandung, bahwa lele ukuran kegedean bisa laku dan menghasilkan untung bagus. Caranya, dijadikan aneka olahan ikan lele, seperti kerupuk, crackers abon, kerupuk tulang ikan lele, hingga keripik kulit lele.
Abah Ubed yang tinggal di Desa Maruyung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, dikenal hidup keseharian dari usaha perikanan, dengan dikenal sukses usahanya. Kabarnya, omzetnya per bulan menjadi Rp 100 juta dari usaha olahan ikan lele yang ukurannya terlalu besar ini.
Abah Ubed yang sehari-harinya Ketua Kelompok Perikanan “Sejahtera” binaan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung, membina para pembudidaya kelas pemula, madya, dan utama masyarakat sekitarnya. Bahkan, memberikan inspirasi usaha bagi para pemuda dan ibu-ibu rumah tangga.
Baca Juga: Budidaya Lele Kolam Terpal di Musim Pancaroba, Ini Strategi Agar Hasil Bagus Usaha Perikanan
Dilansir YouTube Neptune TV, pada 6 April 2023, ditunjukan bahwa usaha olahan ikan lele yang sudah dilakukan oleh Abah Ubed adalah abon ikan lele. Oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bandung kemudian diajak studi banding ke Boyolali, Jawa Tengah, sehingga terlihat perbandingan.
Usaha produksi olahan lele oleh Abah Ubed, juga berawal dari aneka latar belakang, mulai usaha lele dumbo, lele sangkuriang, dsb. Ternyata hasil panen ikan lele ukurannya terlalu besar, sehingga tidak laku di pasaran, karena ternyata konsumen meminati ukuran praktis dimakan.
Perjalanan kemudian, usaha abon lele Abah Ubed menjadi sukses berkembang, walau pada awalnya mengalami kondisi berat. Kini usaha olahan Abah Ubed omzetnya sekitar Rp 100 juta per bulan, dan tidak menyisakan ikan lele karena semuanya laku secara bisnis.
Karena tidak putus asa (namanya juga orang usaha), ditambah mengikuti pelatihan usaha olahan, misalnya di Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, hasil usaha abon sapi menjadi lebih enak dan sesuai selera pasar.
Sebagai gambaran kawasan Pacet dan Ciparay, Kabupaten Bandung, masyarakatnya memiliki kultur melekat usaha rumpun pertanian, terutama perikanan air tawar, pertandian padi, dan sayuran.
Karena bisnis ikan lele Abah Ubed membuat pemasaran lele di sekitaran Pacet menjadi lebih bergairah. Bahkan, masyarakat termotivasi membuat lahan dimiliki menjadi produktif menghasilkan, melalui budidaya lele dan olahannya.
Menurut pembudidaya lele lainnya di Pacet, Endung Muhidin, ikan lele yang bagus untuk bahan olahan, adalah yang beratnya 1 kg. Ukuran berat di bawah itu, adalah untuk pasar konsumsi langsung, misalnya pecel lele, dsb. ***