Perkebunan, PTPN VIII Gunakan CNG Sebagai Alternatif Bahan Bakar di Pabrik Pengolahan Teh

6 Juli 2022, 11:40 WIB
Wood Pellet di salah satu pabrik teh PTPN VIII dan Proses pengeluaran gas dari tangki ke proses pengolahan teh di pabrik teh /dok PTPN VIII

DESKJABAR – Komoditi teh menjadi salah satu komoditas yang menjadi kegiatan utama bisnis perkebunan di Indonesia, termasuk oleh PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).

Perusahaan perkebunan negara PTPN VIII melakukan terobosan dengan menggunakan CNG (Compressed Natural Gas) sebagai alternatif  bahan bakar di pabrik pengolahan teh.

Langkah itu sebagai salah satu strategi upaya dan solusi terus dilakukan untuk bisnis komoditas teh PTPN VIII, agar usaha ini bertahan dan menghasilkan keuntungan.

Baca Juga: Liburan di Cianjur, Keindahan Tersembunyi Perkebunan Teh Gedeh dan Misteri Gunung Gede

Diketahui, harga jual teh yang relatif stabil dan tidak mengalami kenaikan signifikan selama bertahun-tahun. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan perkebunan teh di Indonesia, termasuk PTPN VIII.

Pada sisi lain, terjadi semakin meningkatnya harga bahan baku olah dan upah tenaga kerja. Diperlukan strategi dan solusi agar harga pokok produksi tidak lebih tinggi dari harga jual produk teh.

Menurut Ir. Dian Hadiana Arief selaku Plt. SEVP Operation PTPN VIII, kepada DeskJabar, di Bandung, Rabu, 6 Juli 2022, penggunaan CNG merupakan salah satu alternatif penggunaan bahan bakar yang berpotensi dapat mensubsidi kebutuhan wood pellet (WP).

Baca Juga: Wisata Perkebunan Karet : Bajabang Bandung Barat (KBB) dan PTPN XII Kebun Mumbul Jember

Disebutkan, proses pengolahan daun teh menjadi bubuk teh (tea bulk) di PTPN VIII saat ini menggunakan bahan bakar WP, khususnya untuk proses pengeringan daun teh.

Namun, kata Dian Hadiana, terdapat beberapa kendala dalam penggunaan WP tersebut, yaitu jumlah pasokan di dalam negeri yang kurang sehingga mengakibatkan harga WP yang semakin meningkat.

Kurangnya pasokan dalam negeri diakibatkan oleh tingginya kebutuhan WP untuk ekspor. Dampaknya, terjadi kelangkaan dan sistem pembayaran untuk pembelian WP yang memprioritaskan pembayaran di awal kontrak atau cash before delivery.

Baca Juga: Perkebunan, Peluang dibalik Krisis Ekonomi Sri Lanka, Bisnis Teh Indonesia Bisa Mengisi Pasar

Sebagai solusi mengatasi kendala dan tantangan tersebut, menurut Dian Hadiana, pihak PTPN VIII kini menggunakan energi alternative berupa bahan bakar Compressed Natural Gas (CNG) alias gas alam terkompresi.

Disebutkan Dian Hadiana, ada beberapa keunggulan penggunaan CNG sehingga lebih efisien untuk produksi pengolahan teh, misalnya pembakaran lebih sempurna, ramah lingkungan, dsb.

Percobaan penggunaan bahan bakar CNG telah dilaksanakan di Pabrik Sperata Kebun Rancabali mulai bulan Mei 2022.

Baca Juga: Perkebunan, PTPN VIII Lakukan Right Sizing Kebun Teh Sebagai Solusi Efektivitas Pengelolaan Teh

Dalam tahap uji coba tersebut, suhu inlet sudah tercapai sesuai standar kebutuhan suhu mesin TSD {105-110 °C) dan suhu mesin VFBD {110- 135 °C), penggunaan bahan bakar CNG ini akan efektif apabil tercapainya sasaran rasio penggunaan bahan bakar.

“Tujuan dilakukan penelitian ini  adalah untuk mengetahui dan membandingkan efisiensi biaya penggunaan bahan bakar WP dan CNG. Sasarannya adalah biaya pengolahan dapat lebih efisien, serta menjamin kontinuitas proses pengolahan teh agar tidak bergantung hanya pada satu jenis bahan bakar,” ujar Dian Hadiana.

Baca Juga: Perkebunan Teh Rakyat Jawa Barat Diarahkan Berkelanjutan Produktif di Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bandung

Upaya pencapaian sasaran guna mendapatkan nilai efisiensi dari penerapan energi alternatif ini terus dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan pada proses pengolahan.

PTPN VIII terus berupaya menerapkan energi alternatif yang ramah lingkungan dalam setiap aktivitas proses bisnis di lapangan.

Beberapa keunggulan CNG diantaranya adalah proses pembakaran gas alam merupakan pembakaran sempurna (losses 0%).

Baca Juga: Cianjur, Mengenang Keindahan Suasana Kehidupan di Perkebunan Teh Tahun 1980-an

Keunggulan CNG ini dibandingkan bahan bakar WP dengan losses sebesar 30-44%. Sebab, pembakaran kurang atau tidak sempuma, yaitu menghasilkan gas CO atau sebaglan material tidak terurai berupa karbon/jelaga; dan nilai kalor CNG relatif lebih tinggi daripada WP, yaitu sebesar 9.923 KKal/m3 dibandingkan WP 4.200 KKal/Kg.

Cara ini sejalan tujuan korporasi yaitu menjadi perusahaan agribisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan.

Soal pengadaan pasokan CNG, menurut Dian Hadiana, sejauh ini dilakukan bekerjasama dengan pihak ketiga. ***

 

 

 

 

  

 

Editor: Dendi Sundayana

Tags

Terkini

Terpopuler