Perjalanan Menuju Puncak Arjuno-Welirang (Bagian 4): Berjalan di Atas Batu Makadam Sembilan Jam

21 September 2022, 18:59 WIB
Jalur pendakian dari puncak Arjuno ke Puncak Welirang yang berliku /DeskJabar/Dicky Harisman/

DESKJABAR - Suasana tenang dan damai menyambut pendaki di hampir sepanjang perjalanan.

Deretan cemara dan suara burung menyambut pendaki yang baru masuk ke Arjuno Welirang menjadi hiburan tersendiri saat melewati perjalanan menuju puncak Ogal-Agil yang terjal.

Di kawasan Lembah Kidang terdapat sumber mata air. Kami memanfaatkan aliran air sungai untuk wudlu dan keperluan lainnya.

Menjelang sore kami sampai di pos penambangan. Ada dua jalur disana, arah kiri menuju puncak Welirang sementara arah kanan menuju ke jalur turun via Tretes.

Jalur Tretes setiap harinya digunakan para penambang belerang Gunung Welirang untuk mengangkut belerang dari pos pondokan hingga ke jalan aspal menggunakan mobil jip 4 x 4 berjenis Hardtop.

Baca Juga: Mantap! Tol Yogyakarta-Solo Dilengkapi Jalur Sepeda, Pertama di Indonesia

Sore hari kami memaksakan diri menuju puncak Welirang. Karena kami harus kembali ke Surabaya hari Minggu pagi.

Beberapa teman ada yang menunggu di pos penambangan tidak ikut muncak ke Welirang.

Perlu waktu 1.5 jam untuk sampai di puncak Welirang dari pos pondokan. Jalanan ke puncak tidaklah terlalu sulit. Jam 18.00 WIB kami sampai di puncak Welirang.

Cuaca di area puncak Welirang selalu tertutup kabut tebal. Pandangan kami hanya berkisar 1,5 meter. Salah-salah melangkah kami bisa masuk jurang.

Kami hanya 10 menit di puncak Welirang, untuk seterusnya memutuskan turun ke pos pondokan lagi. Hari semakin gelap pertanda malam mulai menyapa.

Saat perjalanan turun teman perempuan kami yang pendiam tiba-tiba lari kencang sambil tertawa lepas di kegelapan malam.

Baca Juga: Inilah Lokasi 10 Gerbang Tol Getaci, Tahap 1 Gedebage-Garut-Tasikmalaya Beroperasi Tahun 2024

Saya dan dua teman yang turun terakhir heran melihat kelakuan teman saya. Kesambet, kata teman saya yang lainnya.

Sambil heran melihat teman perempuan saya tertawa cekikikan sambil lari di kegelapan.

Gunung selalu memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Penuh Misteri.

Ya Allah, lindungi kami semua, Hanya EngkauLah yang maha Perkasa, tak ada yang sanggup mengalahkanMu, Engkaulah penolongku.

Sesampainya di pos pondokan, bergegas kami makan malam. Target kami jam sembilan malam paling lambat kami harus turun melalui jalur yang berbeda. Jalur Tretes.

Perjalanan kami menuju Tretes disambut trek batu Makadam yang aduhai, bayangkan dari pukul 21.00 malam sampai pukul 06.00 subuh kami berjalan di atas batu makadam yang kadang bentuknya tajam, malah ada batu sebesar kursi.

Bener-bener membuat kami hampir frustasi kalau tidak ingat pagi besok kami harus pulang dari stasiun Gubeng menuju Bandung.

Baca Juga: KASUS SUBANG Kenapa BELUM TERUNGKAP? Ini 11 Fakta Mengejutkan Pernyataan dr Hastry Ahli Forensik Polri

Melintasi trek makadam, jangan kata naik, kami turun saja babak belur.

Jelang subuh kami akhirnya menyelesaikan perjalanan menuju kawasan wisata Tretes.

Hari masih gelap sambil menunggu teman turun semua saya mencarter mobil L300 ke Pandaan, Pasuruan untuk selanjutnya langsung nyambung ke Surabaya menggunakan Bis antar kota berukuran kecil.

Gunung Arjuno dan Welirang seibarat guru bagi kami, belajar kesabaran dalam menghadapi jalur batu makadam yang membuat kami frustasi.

Semua ini mengajarkan kami bahwa segala sesuatu yang kita hadapi, harus kami lalui dengan keuletan, kesabaran dan kegigihan. (TAMAT).***

Editor: Zair Mahesa

Tags

Terkini

Terpopuler