Misteri Batu Melingkar Salawu, Kini Ditemukan Goa Kuno Sepanjang 30 Meter  

- 3 November 2020, 16:47 WIB
GOA Mahar (kiri)  yang ditemukan di sekitar Batu Melingkar Salawu dan Bah Anton Charliyan (kanan).
GOA Mahar (kiri) yang ditemukan di sekitar Batu Melingkar Salawu dan Bah Anton Charliyan (kanan). /Istimewa/DeskJabar/

Diungkapkan mantan Kapolda Jawa Barat ini, soal parit untuk menunjukkan eksistensi seorang penguasa kala itu, bisa ditelisik dari prasasti-prasasti atau naskah kuno di Tatar Sunda. Antara lain;

  1. Prasasti Kawali, peninggalan Prabu Wastu Kencana. Dalam prasasti tertulis: "Nu Marigi Sakulili. (’Dayoh’ yang telah membuat parit keliling Kota Kawali).
  2. Prasasti Batu Tulis Bogor: Pun ya nu nyusuk na pakwan”, peninggalan Prabu Surawisesa (Dia yang sudah membuat parit di Pakuan). 
  3. Prasasti Geger Hanjuang Galunggung dari Batari Hyang: "Nu Nyusuk di Galunggung (Yang sudah membuat parit pertahanan di Galunggung).
  4. Prasasti Tugu  Peninggalan Raja Purnawarnan: "Purim Prapya Chandrabagar yayau -  Dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya Gomati (Yang sudah menggali terusan sungai buatan (parit) Chandrabaqa dan Kali Gomati sepanjang 6122 busur atau 12 km....).
  5. Naskah amanat Galunggung: “Ngawalwakon agama nu nyusuk na Galunggung - jaga makeyana patikrama (Ikuti patikrama ajaran yang sudah membuat parit pertahanan di Galunggung).

ANGGOTA Tim Ekspedisi menyusuri kedalaman Goa Mahar.
ANGGOTA Tim Ekspedisi menyusuri kedalaman Goa Mahar.

Dari analisis bukti prasasti di atas, kata Bah Anton, dapat ditarik hipotesis bahwa untuk menunjukkan eksistensi sebagai seorang penguasa Raja Agung di Tatar Sunda harus berani membuat Prasasti, sebagai pengeling-ngeling mampu membuat parit. Bukan membuat candi atau bangunan khusus, meski di Sunda banyak juga ditemukan candi tapi tidak diketahui siapa pembuatnya.

“Karena membuat candi mungkin bukan merupakan sebuah prestise atau kebanggaan khusus bagi tradisi masyarakat (Sunda) saat itu. Tapi sebaliknya, jika sudah mampu membuat parit, terutama parit pertahanan pasti akan menjadi sebuah catatan, karena merupakan prestise dan kebanggaan besar pada era Budaya Sunda saat itu”, papar Anton.

Kembali ke soal penemuan Goa Mahar di Jahyang, Bah Anton meyakini prasyarat untuk  dapat diterima sebagai seorang suami atau menantu dari seorang penguasa menguatkan,  bahwa budaya  parit ini menunjukan sebagai budaya khas Penguasa Raja-raja tatar Sunda pada zamannya.

Sarat nuansa filosofis

Selain itu, bila ditelisik sampai ke jantungnya benar, kata dia, “budaya parit” sangat sarat nuansa filosofis, sangat multi guna bagi kehidupan manusia dan lingkungan alam. Parit berfungsi untuk kesejahteraan rakyat “ngertakeun jalma rea yakni sebagai jalur pengairan pertanian. Lalu parit sebagai pembuangan air pencegah banjir. Sebagai peresapan air.

Baca Juga: Kebutuhan Bayi Produk Prancis Ikut Diboikot. Seruannya Makin Meluas Dan Jadi Trending Topik Dunia

“Mungkin saja Belanda di Abad 17 dulu teknik mengeringkan daratannya dari 3 sungai utama menjadi 162 parit/anak sungai, ada kolaborasi atau idenya datang dari  ilmu paritnya Tatar Sunda”, kata Bah Anton.

Fungsi selanjutnya, parit sebagai sarana pertahanan untuk perang, menyimpan perbekalan dan tempat persembunyian. Fakta membuktikan, Amerika yang super power saja kalah dalam perang di Vietnam karena tentara Vietnam menggunakan parit bawah tanah sebagai sarana pertahanannya. Vietnam pun aman dari serangan bom. 

Halaman:

Editor: Zair Mahesa


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x