DESKJABAR – Pada sebagian masyarakat di Indonesia dan orang-orang Melayu, sampai kini masih ada sebagian orang percaya adanya setan kuntilanak. Ada sejarah setan kuntilanak, yang ternyata ada juga versi Eropa, disamping versi orang Indonesia dan Melayu yang selama ini dikenal.
Penyebutan setan “kuntilanak” sebenarnya merupakan versi zaman kekinian, karena dahulu disebut “kuntianak”. Tetapi ada kesamaan antara versi Eropa dengan versi orang Indonesia soal sejarah setan kuntilanak, yaitu sama-sama anggapan berasal dari roh wanita meninggal dalam keadaan hamil.
Kisah sejarah kuntilanak versi Eropa
Pihak Belanda dari arsip di Koninklijke Bibliotheek Belanda, menyebutkan, kemunculan cerita setan kuntilanak ketika itu kebetulan didengar diantara cerita mulut ke mulut diantara masyarakat Sunda.
Pihak Belanda mengetahui, isu setan kuntilanak diantara masyarakat Sunda, hanya merupakan bagian cerita umum isu peninggalan zaman animisme berbagai suku di Nusantara sebelum hadirnya agama Islam pada abad ke-7.
Versi orang Eropa, khususnya Belanda, cenderung menyebut dengan sebutan lama setan kuntilanak oleh masyarakat Pulau Jawa, yaitu kuntianak.
Baca Juga: Cerita Hantu Pocong, Ustadz Muhammad Faizar : Itu Penghinaan Kepada Syariat Islam
Dikutip DeskJabar dari suratkabar De locomotief terbitan 8 Maret 1905 yang arsipnya juga tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Belanda, memuat ulasan sehalaman penuh pada halaman utama berupa cerita setan kuntilanak diantara masyarakat Sunda.
Diceritakan, awal dikenalnya cerita setan kuntianak oleh kalangan orang Eropa, bermula ketika ada seorang wanita campuran Afrika dan orang pribumi, bernama Christinne yang meninggal dalam keadaan hamil di Jawa Barat.
Disebutkan, jenazah wanita dimaksud kemudian dimakamkan di sebelah sebuah pemakaman Eropa. Namun orang-orang pribumi tidak mencegah jenazah Christine dimakamkan di situ.
Tetapi kemudian, muncul desas desus, bahwa arwah Christinne gentayangan, dan suka bertengger pada pohon waru.
Baca Juga: Mengapa Hantu, Setan Kuntilanak, Pocong, dsb, Sering Tampil Pakaian Putih ? Begini Sejarah Awalnya
Jika melihat cerita kejadian ada orang campuran Afrika dan pribumi berdasarkan tahun 1905, boleh jadi munculnya isu setan kuntilanak versi Eropa adalah berkisar tahun 1700 s.d 1900-an.
Tetapi pihak Belanda menyebutkan, kepercayaan adanya setan kuntilanak beredar di seluruh Nusantara (mulai Aceh sampai New Guinea/sekarang Papua).
Ada pun orang Melayu menyebut setan kuntilanak, menyebut sebagai setan Pontianak. Ini disebut-sebut pula sebagai asal usul berdirinya Kota Pontianak di Kalimantan.
Soal cerita setan Pontianak, dapat dibaca pada ulasan ini : Baca Juga: Di Pontianak, Ada Cerita Setan Kuntilanak Tewas Ditembak Meriam, Kisah Horor 'Bumbu' Sejarah
Latar belakang cerita soal kuntilanak
Kembali kepada cerita setan kuntilanak versi Eropa, yang menyebutkan, ketika itu muncul cerita mengapa setan kuntilanak suka terbang melayang-layang dan bertengger pada pohon waru.
Disebutkan, ketika itu, ada sebagian orang di Pulau Jawa suka menjahit telapak tangan dan telapak kaki wanita yang meninggal dalam keadaan hamil.
Jika tidak dijahit, kata kepercayaan itu, roh wanita meninggal keadaan hamil itu akan gentayangan menjadi kuntilanak. Sang kuntilanak suka mengganggu orang-orang, lalu memakan bagian tubuh orang ditemuinya.
Baca Juga: Jalan Asia Afrika Bandung, Zaman Dahulu Sarang Setan Kuntilanak Betulan. Kilasan Sejarah
Lalu mengapa setan kuntilanak diceritakan suka bertengger di pohon waru ? Sebab, pohon waru memiliki ketinggian yang lebih diantara pohon-pohon lainnya, sebagai “rumah” favorit para setan kuntilanak
Sampai masa itu (awal abad ke-20), pihak Belanda menyebutkan, melihat sebagian orang pribumi ketika menguburkan wanita yang meninggal dalam keadaan hamil.
Diceritakan, ketika akan dikuburkan, jenazah wanita hamil itu diikat dengan kuat, lalu pada bagian ketiaknya disimpan telur.
Konon, cara itu oleh sebagian orang pribumi, diyakini dapat mencegah mayat wanita hamil itu bangkit lagi atau rohnya gentayangan. ***
Baca Juga: Kesurupan dan Hantu Kuntilanak, Penjelasan dalam Agama Islam, Buya Yahya Menerangkan