Seperti yang sudah kita diketahui, Soekarno memang sangat suka membuat akronim-akronim seperti Berdikari dari berdiri di ata kaki sendiri,Trikora dari Tri Komando Rakyat, Jasmerah dari jangan sampai melupakan sejarah, dan sebagainya.
Suharto juga mengatakan bahwa Soekarno menyebut petani sebagai tiang bangsa. Tiang bangsa di sini bermakna, petani merupakan penyangga perekonomian bangsa Indonesia.
Karena saat itu, hampir 70 persen masyarakat Indonesia bekerja sebagai petani. Bahkan banyak dari kita yang hidup hanya dengan bercocok tanam.
“Jadi kalau petani dikatakan penyangga ekonomi itu memang benar. Tapi itu dulu, kalau sekarang harus diteliti lagi, karena yang muda itu sekarang sudah enggak mau lagi bertani, mereka ingin jadi priyayi semua, kerja di kantor,” ujar Suhartono.
Soemarsaid Moertono, dalam bukunya yang berjudul State and Statecraft in Old Java menuliskan bahwa petani adalah penyangga supra-village.
Artinya, petanilah yang menyangga kehidupan di atas desa. “Jadi kehidupan di atas desa semuanya ditanggung oleh petani,” lanjut Suhartono.
Soal Soekarno yang menyebut petani adalah penyangga tatanan negara Indonesia, menurut Suhartono hal itu tidak bisa lepas dari kecerdasan Soekarno dalam berpolitik.
Soekarno paham betul, kaum tani memiliki kekuatan yang sangat besar, dan sama seperti yang dikatakan Singgih Tri Sutrisno, Suhartono juga mengatakan hal ini tidak bisa dilepaskan dari upaya menarik simpati dan dukungan kaum tani.