Ia menyatakan, jika orang tidak ingat kepada Allah SWT maka akan diingatkan lagi, diingatkan lagi, sampai puncak terakhir untuk mengingatkan itu adalah diambil secara langsung pencapaian di dunianya.
"Mungkin nanti ada yang bertahap. Tiba-tiba perusahaan ini misalnya mengalami kegagalan. Yang ini chaos, yang ini hilang. Sampai hilang semuanya untuk membangun kesadaran, mau kembali nggak?" kata Ustadz Adi Hidayat.
Jika orang tersebut tidak sadar juga, kata Adi Hidayat, maka harta itu akan dijadikan pemberat hisabnya di akhirat nanti saat kembali kepada Allah SWT.
Saat itulah, dia mulai putus ada dengan keadaan, tertunduk malu, lesu, dan pada saat itu tidak ada lagi cara untuk mempercepat dia dan memperbaiki apa yang telah dia lakukan.
"Teman-teman tidak dilarang untuk kaya. Bahkan di-support kaya sekaya-kayanya. Tidak dilarang untuk punya kedudukan bahkan di-support setinggi-tingginya. Tidak dilarang punya keilmuan, bahkan di-support sepintar-pintarnya, sejenius-jeniusnya," tuturnya.
Akan tetapi, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan agar menjadikan semua itu sebagai bekal yang mengantarkan kita pada kebahagiaan dunia dan kemuliaan akhirat.
Ia menyebutkan, sudah banyak orang pintar, orang kaya, dan orang kuat di masa lalu. Tapi ketika mereka tak mampu mengkreasikan itu menjadi kesejahteraan dan kemakmuran dunia dan kemuliaan akhirat, maka semua sia-sia.
Semuanya hanya menjadi kisah yang diviralkan untuk diantisipasi agar tidak terjadi lagi yang seperti yang demikian. Itulah Firaun, Qarun, Haman, yang sampai sekarang kita kenal sebagai orang-orang bermasalah.