SEJARAH KOPI, Ternyata, Kopi di Indonesia Asalnya dari Malabar, Ditanam Pada Abad 16

- 22 Januari 2022, 21:41 WIB
Kopi di Indonesia asalnya dari Malabar India
Kopi di Indonesia asalnya dari Malabar India /pixabay/wmazurec/

DESKJABAR- Sejarah kopi di Indonesia ternyata tidak begitu saja tumbuh. Ada perjalanan panjang hingga kopi kini mudah ditemukan di Indonesia.

Sejarah kopi di Indonesia tidak lepas dari peran kaum kolonial Belanda yang mulai merambah Nusantara di abad ke 16.

Jadi, kopi di Indonesia ini memiliki sejarah kopi yang sangat panjang hingga akhirnya kini bisa dinikmati.

Menikmati secangkir kopi tidak hanya sebatas menyeruput kopi dari cangkir, tetapi menghargai sejarah panjang kopi itu sendiri yang lumayan pelik.

Baca Juga: PERSIB TERKINI, Persib Tak Panik Dijepit Persaingan Panas dan Jadwal Ketat, Ini Solusi Robert Alberts

Wilayah Priangan memiliki cerita yang panjang tentang sejarah kopi di Indonesia bahkan dunia.

Sejarah kopi di wilayah Priangan sudah ada sejak abad 16. Dan kaum Belanda mendirikan pabrik kopi yang pertama di wilayah Priangan.

Kenapa Priangan menjadi lokasi strategis untuk mengembangkan kopi? karena memang di wilayah Priangan lah kopi bisa tumbuh subur dan berbuah lebat.

Bibit kopi yang ditanam di wilayan Priangan menurut sejarah kopi yang ada ternyata berasal dari wilayah Malabar India.

Sejarah kopi di Indonesia diawali sejak tahun 1696. Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerintahkan Adrian Van Ommen untuk membawa beberapa bibit kopi Arabika ke Hindia Belanda atau Indonesia.

 Baca Juga: WASPADA OMICRON, Dua Orang Pasien Terpapar Omicron Meninggal Dunia, Mereka adalah Komorbid

Saat itu, Adrian sedang menjalankan tugas sebagai komandan pasukan Belanda di Malabar. Di Malabar, kopi tumbuh subur sehingga dikenal sebagai daerah penghasil kopi.

Atas perintah dari sang walikota tersebut, maka dibawa ah bibit kopi untuk di tanam di wilayah Nusantara. Ini menjadi awal mula sejarah kopi di Indonesia.

Nicholas Witsen memiliki mimpi menjadikan wilayah Nusantara sebagai kawasan penghasil kopi terbesar di dunia, karena kawasan Nusantara selain luas juga memiliki alam yang subur.

Maka, benih kopi Arabika yang dibawa oleh Adrian dari Malabar tersebut ditanam di lahan milik Gubernur Jenderal Verininging Oogst Indies Company (VOC) Willem Van Outshoorn di Kedawong, Batavia.

Hanya saja percobaan itu gagal. Pohon kopi yang sudah ditanam tergenang banjir dan semuanya mati.

Tiga tahun berikutnya, pada tahun 1699, Belanda kembali melakukan upaya penanaman kopi di Nusantara. Kali ini kopi dari Malabar ditanam di kawasan Kampung Melayu, Bidaracina, dan Palmerah.

Baca Juga: TASIKMALAYA, Puluhan Warga Sodonghilir Keracunan Makanan, Satu Orang Meninggal Dunia

Belanda juga melakukan penanaman kopi di daerah yang dekat dengan kawasan pantai hingga ke wilayah Cirebon.

Lagi-lagi upaya Belanda untuk mengembangkan kopi Arabika dari Malabar di tanah sunda, gagal. Tanaman kopi mati karena tidak kuat menahan cuaca dataran rendah dan pantai yang panas.

Karena memang karakter kopi Arabika merupakan tanaman dataran tinggi sehingga tidak kuat kalau ditanam di dataran rendah.

Meskipun berkali-kali gagal, pihak Belanda tidak putus semangat. Riset terhadap tanaman kopi Arabika kembali dilakukan untuk menyesuaikan lokasi yang cocok untuk pengembangan kopi. Sehingga Belanda bisa menguasai pasar kopi di dunia.

Hasilnya, pihak Belanda memutuskan untuk mengalihkan penanaman kopi ke wilayah Priangan.

Baca Juga: MCI9, Victor, Kegantengan dan Pandai Masak, MasterChef Indonesia Season 9, Bakal Jadi Favorit Wanita ? 

 Sebuah dataran tinggi, dengan kontur tanah berbukit-bukit dan yang paling penting tanahnya subur. Cuaca alam Priangan sangat cocok untuk mengembangkan tanaman kopi Arabika.

Setelah tanaman kopi tumbuh subur dan memiliki prospek usaha yang besar, pihak Belanda memutuskan untuk mendirikan Perkebunan Kopi pertama di Kawasan Priangan dan Cirebon.

Lahan yang digunakan untuk kebun kopi sangat luas. Kawasan perkebunan kopi tersebut jadi nomer dua tertua di dunia.

Pada tahun 1706, Gubernur VOC di Batavia, Willem van Outshoorn, mengirim sampel kopi Priangan ke Amsterdam untuk diteliti dari sisi citarasa dan kualitasnya.

Saat itu kopi hasil tanam sudah berbuah lebat dan siap panen besar. Dan hasil penelitian terhadap kopi dari Kawasan Priangan sangat memuaskan.

Di luar perkiraan kualitas kopi Priangan di atas rata-rata. Kualitas kopi dari wilayah Priangan sangat bagus.

Baca Juga: Imlek 2022 Tanggal Berapa? Berikut 3 Shio Pemilik Rekening Gendut Auto Kaya Mendadak Penerawangan Om Hao…

Gubernur Jenderal VOC memandang kopi memiliki peluang usaha yang sangat menggiurkan.

Apalagi kopi Priangan kualitasnya sangat bagus dan bersaing dengan kopi unggulan dari berbagai wilayah di dunia.

Melihat peluang itu,Van Outshoorn pada tahun 1707 mengumpulkan semua bupati di wilayah Priangan untuk melakukan penanaman kopi di wilayah masing-masing.

 Agar para bupati mau melakukan penanaman kopi, maka Van Outshoorn siap memberikan keuntungan yang sangat besar.

Kemudian disepakatilah maklumat Koffie Stelsel atau  Preanger Stelsel yang sangat terkenal.

Maklumat inilah yang menjadi awal dimulainya budidaya kopi secara besar-besaran di wilayah Priangan.

Baca Juga: BANYAK UTANG INGIN SEGERA LUNAS? Gus Baha: Berdoa dengan Cara Wali, BEGINI...

Kawasan Priangan timur mendapat pasokan benih kopi dari wilayah Cirebon dan wilayah Priangan Barat mendapat pasokan benih dari wilayah Batavia.

Para bupati di wilayah Priangan timur langsung memerintahkan masyarakat untuk melakukan penanaman kopi.

Hasilnya luar biasa, wilayah Priangan menjadi penghasil kopi terbesar di Nusantara.

Bahkan pihak Bupati selain sebagai pendorong untuk menanam kopi, juga sebagai pengepul biji kopi untuk selanjutnya diserahkan ke VOC.

Dalam maklumat Preanger Stelsel, disepakati, untuk tiap pikul kopi yang diserahkan ke VOC, bupati mendapatkan keuntungan sebesar 5 gulden.

Baca Juga: MAU TAHU, Inilah Ciri-ciri Orang yang Memiliki Khodam Pendamping, Salah Satunya Jarang Mengeluh

Imbalan yang sangat besar dan cukup menguntungkan bagi para bupati di Priangan.

Bupati Cianjur, Aria Wiratanudatar misalnya  pernah setor biji kopi sekitar 400 kg. Dan sebagai imbalan yang diberikan VOC kepada bupati Cianjur sebesar 5 gulden untuk satu pikul kopi.

Imbalan yang sangat besar, dan ini menjadi penyemangat para bupati untuk melakukan penanaman kopi. Hubungan dagang antara bupati Priangan dengan VOC berjalan mulus dan saling menguntungkan.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah