Raden Kian Santang, putra Prabu Siliwangi Menyebarkan Islam di Wilayah Priangan, Ternyata Istrinya ...

- 22 Januari 2022, 07:37 WIB
Ilustrasi  Raden Kian Santang, ksatria Padjajaran yang sakti mandraguna
Ilustrasi Raden Kian Santang, ksatria Padjajaran yang sakti mandraguna /pinterest/

DESKJABAR - Raden Kian Santang adalah salah satu tokoh legenda di wilayah Priangan, Putra dari Prabu Siliwangi.

Kian Santang yang lahir pada sekitar abad ke-15 adalah anak Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Nyai Subang Larang.

"Nyai Subang Larang adalah salah satu satu santriwati Dari Syekh Quro' di Karawang" , Kata Ustad Adi Hidayat Dalam video YouTube Taman Firdaus, Judul Jejak masuknya Islam ke Nusantara, ustadz Adi Hidayat Lc.MA , diunggah pada 14 Augustus 2017

Baca Juga: Kian Santang, Anak Prabu Siliwangi  yang Sakti Mandraguna, Kesandung Batu di Tanah Arab

Baca Juga: 10 Ucapan Ini Merupakan Dosa Orang Tua Kepada Anak, Nomor 7 Sering Diucapkan, Simak Kata Syekh Ali Jaber


Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh Syekh Quro' Karawang


Kian Santang mempunyai dua saudara kandung yang bernama Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (pendiri Kerajaan Cirebon) dan Rara Santang Yang pada selanjutnya adalah ibu dari Sunan Gunung Jati


Walang Sungsang setelah masuk Islam mengganti namanya menjadi Abdullah Iman. Melakukan syiar agama Islam di lemah wungkuk.


Setelah Islam berkembang dan ekonomi mulai membaik namanya berubah menjadi Cirebon


Prabu Kian Santang atau Raden Sangara atau Syeh Sunan Rohmat Suci, adalah Putra Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Raja Pakuan


Dari masa kecil, Kian Santang sudah dilatih ilmu bela diri , olah kanuragan hingga pada saat dewasa Kian Santang tumbuh menjadi sosok ksatria Pajajaran yang sakti mandraguna.


Hal itu membuat Prabu Siliwangi sangat bangga dan mengangkatnya menjadi senopati Pajajaran


Selama hidup di istana, Kian Santang serba kecukupan, tetapi merasa kurang mengenal jati dirinya. Ia juga merasa jenuh karena tidak ada satu pun ksatria yang mampu mengalahkan kesaktiannya.


Konon, Kian Santang kemudian mendatangi peramal untuk mengetahui lawan tangguh yang dapat menandinginya.


Ia diberikan petunjuk bahwa orang yang dapat menandinginya adalah Sayyidina Ali dari Tanah Arab.


Sebetulnya Sayyidina Ali hidup pada abad ke-7 dan telah wafat saat itu, tetapi mereka dapat dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah. Wallahu alam


Kian Santang harus melakoni dua syarat agar dapat bertemu Sayyidina Ali, yaitu melakukan semedi di ujung kulon dan mengganti namanya menjadi Galantrang Setra (Galantrang berarti berani dan Setra berarti bersih atau suci).


Raden Kian Santang terkenal dengan kesaktiannya, mempunyai ajian Napak Sancang yang mampu mengarungi lautan dengan berkuda.


Setelah melakoni dua syarat tersebut, Kian Santang segera melakukan perjalanan ke Arab untuk menemui Sayyidina Ali.


Sesampainya di Mekkah, ia bertemu seseorang dan kemudian menanyakan keberadaan Sayyidina Ali.


Orang tersebut mau memberi tahu keberadaan Sayyidina Ali, asalkan Kian Santang mau mengambil tongkatnya yang ditancapkan di tanah.


Diluar dugaan Kian Santang kesulitan mencabut tongkat itu hingga badannya berdarah-darah ketika berupaya untuk menyelesaikan tugas yang dianggap sangat mudah.


Belakangan diketahui, sosok yang menancapkan tongkat itu adalah Sayyidina Ali


Sejak bertemu dengan Sayyidina Ali, Kian Santang, putra bungsu Prabu Siliwangi memutuskan untuk tetap tinggal di Mekkah dan memperdalam agama Islam.


Kian Santang putra Sang Prabu Siliwangi menetap cukup lama dii Mekkah.


Setelah beberapa tahun lamanya, akhirnya Kian Santang memutuskan untuk kembali ke Pajajaran.


Setelah kembali ke Pajajaran Kian Santang menemui Sang Prabu Siliwangi dan mengajak untuk memeluk Agama Islam.


Walaupun ditolak oleh Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang tetap menyebarkan agama Islam di pelosok Pasundan.


Cerita Ini sangat melegenda di masyarakat, khususnya Pasundan dan sampai saat Ini melekat diganti. Walau dimasyarakat beredar banyak versi yang agak berbeda.


Singkat cerita, Kian Santang pertama menyebarkan agama Islam di Limbangan, berlanjut sampai ke Garut dan pesisir utara Pantai Jawa.


Menurut Sejarah, Nama Kian Santang diganti menjadi Syekh Sunan Rohmat Suci. Ia pun pergi ke Galuh dan berhasil mengislamkan Raja Galuh Pakuwon di Limbangan, yang dikenal memiliki nama Sunan Pancer.


Atas kegigihan Sunan Pancer, akhirnya agama Islam bisa tersebar luas dan berkembang di daerah Galuh Pakuwon.


Berkat Kian Santang, putra Prabu Siliwangi ,akhirnya ajaran Islam pun berkembang hampir diseluruh wilayah Priangan


Raden Kian Santang akhirnya memilih menetap di daerah sekitar Garut.


Syekh Sunan Rohmat Suci atau Kian Santang menyebarkan agama Islam dan menjadi guru syariat hingga akhir hayatnya.


Raden Kian Santang selama hidupnya didampingi seorang istri. Syekh Sunan Rohmat Suci menikah dengan seorang gadis bernama Halimah atau Nyai Khalimah.


Halimah atau Nyai Kalimah menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari adalah anak seorang Ulama asal Champa (Sekarang Bagian Vietnam).


Wanita ini dahulu tinggal bersama ayahnya menjadi penguasa di Desa Kalisapu sehingga Halimah juga dijuluki Nyi Gedeng Kalisapu.


Tidak diketahui kapan Raden Kian Santang meninggal, tetapi masyarakat lokal menyakini makamnya terletak di lereng Gunung Karacak, yang berada di Kecamatan Karangpawitan, Kota Garut.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah