Widjo Kongko juga mengatakan bahwa ke depan program mitigasi di pulau-pulau kecil juga perlu diperhatikan sehingga tidak hanya terkonsentrasi di pulau-pulau besar.
Di samping itu, Widjo berharap pembangunan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang selama ini telah berjalan, perlu dioptimalkan pemanfaatannya.
InaTEWS meliputi antara lain fasilitas Buoy yang telah dipasang Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRIN di lepas pantai Bengkulu hingga Sumba, dan saat ini masih berfungsi.
Dengan demikian, InaTEWS dapat membantu masyarakat memperoleh peringatan dini tsunami secara lebih akurat melalui informasi yang diperoleh oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Wilayah Prisma Akresi
Secara terpisah, pakar dari Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Iyan Haryanto menyebut wilayah Banten rawan gempa bumi tektonik karena masuk dalam wilayah Prisma Akresi.
Baca Juga: Gempa Kobe Berkekuatan 7,3 Skala Richter Menewaskan Lebih dari 6000 Warga pada 17 Januari 1995
Ia menjelaskan, Prisma Akresi merupakan wilayah yang rawan terjadi gempa bumi karena berada di atas pusat-pusat gempa. Wilayah ini merupakan kumpulan dari sesar-sesar naik atau sesar yang mengangkat akibat proses penumbukan atau penunjaman.
"Jika di Sumatra, Prisma Akresi ini muncul menjadi pulau, kalau di selatan Jawa belum membentuk pulau," kata Iyan di laman resmi Unpad seperti yang dilansir Antara, Rabu, 19 Januari 2022.
Ia menerangkan, jika salah satu patahan menunjam ke bawah, maka di sisi satunya akan terangkat akibat proses penunjaman tersebut.