Nasi Bumbung Kuliner Khas Pangandaran, Peninggalan Nenek Moyang Sejak Jaman Penjajahan

- 15 April 2021, 18:52 WIB
Andang saat sedang membuat nasi bumbung untuk persiapan berbuka puasa Ramadhan. Muslih Suprianto/DeskJabar.com
Andang saat sedang membuat nasi bumbung untuk persiapan berbuka puasa Ramadhan. Muslih Suprianto/DeskJabar.com /
 
 
DESKJABAR - Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri terutama dari jenis makanan yang merupakan peninggalan pada jaman nenek moyang terdahulu. Salah satunya di Kecamatan Cigugur dan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran.
 
Selain kuliner khas Pindang Gunung, ternyata masih banyak kuliner-kuliner tradisional yang memang belum diketahui oleh publik bahkan wisatawan.
 
Warga di daerah Kecamatan Cigugur dan Langkaplancar menyebutnya nasi bumbung atau nasi leumang. Salah satu masakan ciri khas nusantara yang keberadaannya masih dipertahankan masyarakat perkampungan di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
 
Dulu nasi lemang sebagai makanan masyarakat saat zaman peperangan, waktu itu masyarakat banyak yang bersembunyi ke hutan lantaran takut oleh penjajah.
 
Di saat masyarakat bersembunyi di hutan, mereka membawa perbekalan beras dan rempah-rempah untuk bertahan hidup selama berada dipersembunyian.
 
 
 
Tokoh Pemuda Kecamatan Cigugur Andang Nusa Putra (42) mengatakan nasi goreng atau nasi bakar adalah sajian yang mungkin sudah sering warga menyantapnya,tapi mungkin belum pernah menikmati kenikmatan nasi bumbung atau nasi leumang.
 
"Kami ingin makanan ini menjadi kuliner khas bagi wisatawan yang datang," katanya kepada DeskJabar.com, Kamis, 15 April 2021.
 
Menurutnya berbeda dengan nasi pada umumnya, nasi bumbung dimasak dengan menggunakan batang bambu yang dibakar ditambah bumbu rempah-rempah sehingga membuat aroma dan rasanya menjadi khas. 
 
"Bila makan di tempat sejuk dan alami memang mempunyai khas tersendiri, serasa kita menyatu dengan alam," tuturnya. 
 
Sepintas saat dilihat, nasi bumbung sama dengan nasi pada umumnya, tapi cara memasak dan cita rasanya berbeda. Nasi ini dimasak dengan cara yang unik, yaitu menggunakan batang bambu, cara memasak nasi bumbung juga sangat sederhana.
 
"Batang bambu dilubangi dan kemudian dibersihkan. Setelah itu, air dan beras secukupnya dimasukkan, tutup rapat dan dibakar," katanya. 
 
 
 
Keterbatasan peralatan masak menjadi sebuah inspirasi masyarakat dalam keadaan tersebut menggunakan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Untuk memperkaya rasa, gulungan beras dalam daun pisan itu bisa ditambah racikan bumbu sesuai selera seperti diberi cairan santan dan daun salam.
 
Setelah racikan selera yang di inginkan selesai dituangkan ke beras yang digulung daun pisang dan posisinya berada dalam bambu lalu tutup bagian atasnya dengan cara melipat daun pisang.
 
"Untuk memasak nasi lemang cukup dengan cara dipanggang diatas api dalam posisi berdiri," tutur Andang.
 
Selanjutnya jika sudah dipanggang, bambu tempat gulungan beras yang menggunakan daun pisang itu akan mengeluarkan air.
 
"Apabila air sudah tidak keluar pertanda beras tersebut sudah menjadi nasi yang matang dan siap untuk dijadikan makanan," katanya.
 
Sementara itu warga Pangandaran Didin Jentreng mengatakan, saat ini nasi lemang menjadi salah satu masakan yang unik dan biasa dijadikan hidangan masyarakat ketika berkebun.
 
"Selain pelepas rasa lapar, nasi lemang juga jadi masakan warisan turun temurun yang hingga saat ini masih dilestarikan masyarakat di perkampungan Pangandaran," katanya.
 
"Sebenarnya nasi lemang berpotensi sebagai usaha kuliner karena masyarakat menginginkan nuansa klasik kuliner tradisional,"l anjutnya.
 
Siti Aisyah (30), saat diajak temannya berbuka puasa di Kecamatan Langkaplancar sangat kagum karena baru pertama kali menikmati yang namanya nasi bumbung atau nasi leumang.
 
"Sumpah saya baru tahu dan pertama kali makan, rasanya enak dan bergiji dan cocok untuk menu buka puasa," tambahnya.***
 

Editor: Ferry Indra Permana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x