Laporan Human Right Wacth menyebutkan, kelompok penyerang kemungkinan berjumlah lebih dari seratus orang bersama. Mereka datang dengan dilengkapi pengangkut personel lapis baja BTR , truk Ural, dan UAZ minibus.
Mereka banyak yang mabuk, berjanggut dan dengan kepala gundul. Mereka mengenakan berbagai seragam kamuflase hijau militer atau abu-abu polisi dengan topeng balaclava dan kerudung.
Baca Juga: Generasi Milenial Harus Bayar Bunga Hutang Pemerintah Indonesia
Setelah memasuki pemukiman, mereka memeriksa identitas penduduk desa, dan mulai memukuli. Mereka secara acak menembak warga sipil di rumah dan di jalan-jalan.
Sebagian besar kekerasan mematikan terjadi di sepanjang Jalan Matasha-Mazaeva, di mana sedikitnya 24 orang tewas
Salah seorang korban pembunuhan adalah Sultan Timirov yang berusia 50 tahun. Tubuhnya ditemukan dipenggal dan dimutilasi menjadi beberapa bagian oleh beberapa luka tembak dan luka lainnya.
Korban lainnya adalah seorang bayi laki-laki, Khassan Estamirov yang berusia satu tahun, ditembak dengan setidaknya dua peluru di kepala dan kemudian dibakar.
Baca Juga: IMF Meluncurkan Metode Baru untuk Melestarikan Hutang Banyak Negara
Kelompok bersejnata ini juga melakukan penjarahan dan mencuri perhiasan dan gigi emas dari mayat. Banyak warga sipil juga dipukuli dan diancam akan dibunuh saat dirampok. Setidaknya enam wanita dilaporkan diperkosa beramai-ramai.
Terlepas dari banyaknya bukti dan banyaknya pertanyaan dari jurnalis asing dan organisasi hak asasi manusia, tidak ada penyelidikan resmi atas kejahatan tersebut yang pernah diselesaikan.