Sudah Saatnya Mengganti Nasi Sebagai Makanan Pokok, Ini Alasannya

- 30 Januari 2021, 10:42 WIB
Ilustrasi Nasi.
Ilustrasi Nasi. /Pixabay/margaret_1974


DESKJABAR
–Anda kenal  Lionel Messi ataupun Cristiano Ronaldo, pesohor sepakbola ini pasti asupnya makanan bergizi, agar tetap bugar dalam mengolah si kulit bundar.

Tapi, hampir dipastikan, pesohor ini itu jarang atau bahkan tidak pernah memakan nasi sebagai menu utamanya. Toh mereka hebat-hebat.

Inilah yang pernah dikemukakan pengamat ekonomi pertanian terkemuka Bustanul Arifin, "Bintang sepakbola atau Miss Universe tidak makan nasi tapi mereka hebat dan pintar," katanya dalam sebuah pertemuan.

Baca Juga: Ingin Miliki Tanaman Keladi Jenis Baru dan Unik , Yuk Ikuti 3 Cara Menyilangkannya

Hal ini diungkapkannya, mengingat saat ini kebutuhan beras untuk masyarakat Indonesia terus bertambah, namun lahan sawah semakin berkurang seiring bertambahnya jumlah penduduk.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya mulai digencarkan mencari makanan pokok alternatif pengganti beras yang fungsinya sama, sebagai sumber karbohidrat.

Sebenarnya Indonesia memiliki beragam makanan pokok alternatif yang bisa dikembangkan dan dibudidayakan sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras, seperti jagung, ubi, singkong, sagu ataupun jenis umbi-umbian lainnya.

Baca Juga: Artis Spesialis Peran Wanita Kulit Hitam Berjuang Hidup, Cicely Tyson Meninggal di Usia 96 Tahun

Bahkan bagi penderita diabetes ataupun yang sedang menjalani diet, nasi menjadi salah satu makanan ‘haram’ karena banyak mengandung gula, sehingga tidak baik untuk tubuh.

Salah satu produk pangan pengganti beras yang kini sudah dikenal luas adalah sagu. Sagu banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di wilayah timur.

Namun ada sagu yang berasal dari belahan barat Tanah Air, yakni di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Di Riau, kabupaten terpencil itu dikenal sebagai penghasil sagu terkemuka.

Baca Juga: Kang Pipit Preman Pensiun Dimakamkan Sabtu Pagi 30 Januari 2021 di Dekat Rumahnya

Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Irwan Nasir terus mempopulerkan secara nasional besarnya potensi sagu yang dimiliki daerahnya dengan melakukan berbagai kunjungan ke luar Sumatera. Belum lama ini dia presentasi ke pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di Jakarta.

"Kami ingin sampaikan bahwa petani sagu di (Kepulauan) Meranti sedang merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Padahal sagu memiliki potensi ekonomi yang sangat besar," katanya di depan Sekjen HKTI Mayjen (Purn) Bambang Budi Waluyo dan beberapa sejumlah pengurus lainnya akhir tahun lalu.

Menurut dia, sagu bisa menjadi pangan seperti beras, mengingat produksinya lebih stabil karena bisa dipanen sepanjang tahun. Di lain pihak, ketergantungan pada beras impor yang semakin meningkat dan harganya pun semakin meloncat.

Baca Juga: Sebulan Jalani Isolasi Mandiri, Gubernur Jatim Khofifah Sembuh dari Covid-19

"Lahan padi kita semakin berkurang dan panennya pada waktu tertentu. Terlebih lagi banyak kendala seperti gagal panen dan hama. Namun, sagu lebih konstan karena bisa dipanen sepanjang tahun dan bisa ditanam kapanpun," paparnya.

Sementara Sekjen HKTI Bambang Waluyo menuturkan, bahwa masyarakat perlu kesadaran bahwa pangan itu bukan hanya beras tetapi ada sagu yang lebih sehat.

"Kita perlu menindaklanjuti apa yang disampaikan Bupati. Ketergantungan terhadap beras memang perlu solusi, dan ini solusi terbaik dari Kepulauan Meranti," ungkapnya.***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah